Sabtu, 22 Desember 2007

Sesama Rawan Gempa

Belum lama di kota Gisborne yang menghadap Samudra Pasifik (19 Desember 2007) terjadi gempa dengan kekuatan 6,8 skala Richter. Korban jiwa sejauh ini baru 1 orang akibat serangan jantung. Pusat kota Gisborne cukup parah, termasuk infrastruktur seperti sarana listrik. NZ dan Indonesia termasuk wilayah rawan gempa. Konon dalam setahun di NZ terjadi lebih dari 10 ribu getaran tektonik, tetapi yang dirasakan manusia sekitar 100 kali saja, itupun mayoritas tidak memberi efek yang merusak karena begitu kecilnya.

Ancaman tsunami bukannya tidak ada, bahkan kalau gempa terjadi di wilayah pantai benua Amerika, efeknya bisa sampai ke NZ berupa gelombang tsunami (ini seperti tsunami Aceh di 2004 yang efeknya sampai ke Somalia di Afrika). Untuk itu alat pendeteksi tsunami disebar di laut sekitar NZ.

Inilah nasib sesama negara kepulauan yang rawan gempa.

Selasa, 11 Desember 2007

Indonesia Lebih OK Soal CO2?

Membaca Kompas pagi ini saya terkejut, ternyata produksi CO2 alias karbondioksida (bahan penyumbang efek rumah kaca) NZ adalah 9 lebih ton per kapita, jauh di atas Indonesia yg cuma 1,4 ton per kapita. Berita ini seiring dg berlangsungnya konfrensi Perubahan Iklim PBB, Desember 2007 di Nusa Dua, Bali.

Benar, Jakarta spt Mexico City dan Bangkok setidaknya masuk 10 kota terpolusi di dunia, tapi ternyata secara keseluruhan Indonesia masih rendah dalam memproduksi CO2 per kapitanya. Meskipun secara total Indonesia jauh di atas NZ dalam memproduksi CO2, yaitu 220 juta jiwa dikalikan 1,4 juta ton sama dengan 302 juta ton CO2 / tahun, sedangkan NZ memproduksi 4 juta jiwa dikalikan 9 juta ton sama dengan 36 juta ton CO2 / tahun.

Buat kita, di manapun, ayo turunkan CO2 dengan berbagai cara, supaya anak cucu kita terselamatkan.

Minggu, 09 Desember 2007

Anak Bekerja Jangan Dilarang?

Di harian Kompas hari ini, ada berita tentang upaya penyelamatan pekerja anak-anak yang dianggap masih dibawah umur. Setelah saya baca sampai habis, ternyata anak2 itu berusia 15an tahun yang tugasnya membersihkan rumah sarang burung walet, dianggap bekerja dibawah tekanan/paksaan. Lucunya, anak2 itu merasa tidak merasa ditekan atau dipaksa. Tetapi pihak aparat berkeras hendak "membebaskan" mereka dari tempat kerjanya.

Di NZ, anak tidak dilarang kerja hanya saja harus sesuai aturan (terutama porsi jam kerja yang dibatasi). Anak-anak kecil di bawah 15 tahun boleh mulai kerja sebagai loper koran atau selebaran2 promosi yang dimasukkan ke kotak pos yang ada di rumah2 (semua rumah punya kotak pos). Bayarannya tidak besar, sebulan paling2 mendapatkan $50 s/d $75. Lumayan buat uang saku mereka.

Usia 15 thn mereka sudah boleh kerja lebih intens, biarpun dalam seminggu dibatasi jumlah jam kerjanya supaya tidak mengganggu pelajaran. Sering kita jumpai anak2 remaja ini bekerja di supermarket, restoran, toko-toko dan masih banyak lagi. Motivasinya macam2, ada yang ingin membeli sesuatu sehingga perlu uang tambahan, ada yang ingin supaya uang sakunya ada extra lebih, dst. Para pelajar 'overseas' pun boleh bekerja dengan maksimal jam kerja tertentu dalam seminggu, lumayan kan bisa nambahin uang saku kiriman ortu dari tanah air.

Ada kenalan orang Indonesia pernah cerita, ketika masih mengoperasikan sebuah coffee shop ada anak remaja melamar kerja di coffee shop nya padahal ortunya orang kaya. Si Ortu bilang kepada kenalan ini, bahwa ia sengaja suruh si anak kerja biar tau susahnya cari uang.

Nah, jadi dalam skala dan takaran tertentu, anak bekerja bisa ada manfaatnya, terutama untuk pembelajaran lewat pengalaman. Daripada kluyuran di Mall nggak jelas?

Kamis, 06 Desember 2007

Pertama Kali Datang untuk Sekolah

Baru-baru ini kenalan saya menyampaikan bahwa putrinya sudah diterima kuliah di Auckland University (AU) dan akan mulai kuliah bulan Februari 2008 mendatang. Sang putri ini adalah anaknya semata wayang. "Yang pasti ibunya akan menemani dia dulu sambil mencari akomodasi di sana." katanya.

Situasi seperti kenalan saya di atas memang banyak dialami orang tua yang lain. Mereka tentu ingin yang layak buat anaknya. Makanya mereka mau ikut mengantar bahkan mungkin ikut memilihkan akomodasi buat anaknya. Lalu saran saya kepada kenalan tadi adalah, datanglah ke Auckland 2 minggu sebelum kuliah dimulai. Karena saya pikir 2 minggu cukup untuk mencari akomodasi yang diinginkan.

Tinggal soal pilihan, kalau mau dekat kampus biar hemat transport (bisa jalan kaki) tersedia banyak apartemen sekitar kampus. Sukur dapat yang studio bisa sendirian, tapi kalau bukan studio berarti akan share dengan mahasiswa/i lain (kecuali orang tuanya membeli 1 unit apartemen, he..he..he). Pilihan lain kontrak rumah dengan beberapa mahasiswa/i lainnya.

Dua pilihan di atas memang masih sedikit memberi rasa kuatir orang tua, karena berarti kita melepas anak kita tanpa pengawasan. Bagi mahasiswa/i baru, apalagi perempuan, banyak orang tua yang menginginkan adanya pengawasan. Nah, kalau kondisi seperti itu yang diinginkan, maka home stay bisa jadi pilihan. Orang tua bisa "menitipkan" anaknya kepada sebuah keluarga.

Atau ada alternatif lain, anak kita di "home stay" kan untuk sementara waktu sambil mencari akomodasi yang benar-benar cocok. Kalau perlu minta bantuan induk semang untuk mengantar anak kita mencari tempat akomodasi yang diinginkan. Beberapa keluarga Indonesia rasanya siap membantu untuk hal seperti ini. Kalau anak itu akhirnya malah merasa sudah cocok tinggal di keluarga Indonesia, ya sudah, tak perlu repot-repot mencari akomodasi lagi. Orang tuanya pun mungkin bisa lebih tenang karena bisa menitipkan anaknya di keluarga Indonesia, yang setidaknya menyediakan nasi sebagai makanan pokoknya, he..he..he.

Rabu, 05 Desember 2007

Arisan

Ada dua cara untuk menjadi Permanent Residence (PR) di NZ. Satu melalui general skill dan ke dua lewat jalur investasi. Cara pertama syaratnya semakin diperketat, cara ke dua pun sebetulnya sama juga yaitu dalam 3 tahun menginvestasikan minimal NZ$ 2 juta (+/- Rp 14 milyar), misalnya dalam bentuk deposito atau property yang dikomersialkan (bukan untuk dihuni/dipakai sendiri). Tiga tahun yang lalu nilai investasinya masih NZ$ 1 juta untuk 2 tahun. Namun, ini syaratnya lagi, applicant harus dapat membuktikan dana investasinya itu bukan dalam rangka pencucian uang (money laundring).

Konon menurut cerita, sebagian warga dari RRC melakukan arisan untuk mendapatkan PR di NZ. Diikuti oleh beberapa keluarga (katakan 5 keluarga) yang menghimpun dana sebesar NZ$ 2 juta untuk diinvestasikan di NZ. Setelah keluarga pertama tinggal 3 tahun dan diterima syarat PR nya, di tahun ke empat peserta ke dua berangkat setelah si NZ$ 2 juta dikirimkan ke peserta ke dua tsb. Begitu seterusnya. Maka, dalam 15 tahun 5 keluarga peserta arisan (kalau lancar) bisa berkumpul bersama di NZ.

Hmm, terpikir arisan model baru di Jakarta?


Selasa, 04 Desember 2007

Pasar Minggu

Salah satu daya tarik bagi yang suka belanja adalah mendatangi pasar minggu (Sunday Market), yaitu pasar kaget yang hanya dibuka hari Minggu. Biasanya mengambil tempat di lahan terbuka seperti tempat parkir yang luas. Bila Anda berkesempatan hari Minggu berada di Auckland, jangan lupa untuk datang ke Sunday Market ini, ada yang di Takapuna dan ada juga di daerah Avondale. Yang dijual macam-macam, mulai dari sayur dan buah segar, makanan, daging, baju, aksesori, barang antik, alat pertukangan, tanaman pot, dll. Konon dijual dengan harga miring.

Untuk bisa berjualan kita harus mendaftarkan diri ke kantor kotapraja setempat. Atau, go show saja, tapi dengan resiko kehabisan lahan. Pasca bencana tsunami Aceh, kami sempat berjualan di Takapuna berupa kaos bertema tsunami Aceh yang hasil penjualannya untuk disumbangkan ke Aceh. Kami mengikuti prosedur dengan cara go show saja, sehingga dari jam 5 pagi sudah harus mengantri di depan pintu lahan parkir. Caranya begitu tertib jadi kita tidak perlu berebut lahan. Kalau kehabisan lahan, ya sudah, terpaksa berjualan di luar areal utama, alias cukup di pinggir jalan. Sebelum jam 12 siang, kita wajib meninggalkan lokasi dalam keadaan bersih.

Di Jakarta, ada yang namanya Pasar Sogo Jongkok yang buka hari MInggu (apakah sekarang masih ada?). Juga di sekitar Stadion Senayan setiap hari Minggu ada pasar dadakan untuk menjaring mereka yang berlari pagi di sana.


Minggu, 02 Desember 2007

Lokasi Film

Ahir-ahir ini NZ tambah populer karena berturut-turut jadi tempat shooting film-film dunia, seperti: Lord of The Rings, The Last Samurai dan Kingkong. Film The Last Samurai yg dibintangi Tom Cruise banyak mengambil lokasi di kaki Gunung Taranaki yang - katanya - mirip dengan Gunung Fuji. Malah pada saat shooting, Perdana Mentri Helen Clark sempat menengok dan berbincang dengan aktor ganteng itu.

Lalu, film Kingkong sempat mengambil lokasi di ibu kota NZ, Wellington. Sedangkan film Lord of The Rings mengambil lokasi sebagian di North Island dan South Island. Dua film terakhir ini disutradarai oleh Peter Jackson yang asli NZ. Untuk film yang memerlukan panorama alam yang masih asli, NZ memang cocok, sebab dengan negara sebesar (kurang lebih) Jepang, penduduknya cuma 4 juta. Bisa dimaklumi banyak sudut-sudut lansekap yang jarang disentuh manusia. Beberapa bekas tempat shooting itu sekarang dijadikan obyek wisata, misalnya perkampungan Hobit yang serba mini.

Film Indonesia yang banyak mengexplor panorama alam yang saya ingat adalah fim Denias, yang cukup sukses dan bahkan menang di salah satu festival film. Tapi sayang, film-film kita dewasa ini masih didominasi percintaan remaja dan dunia penampakan. Sehingga panorama alam Indonesia tak banyak ter expose. (Keterangan foto: salah satu lokasi film Lord of The Rings, foto - www.trilogytrail.com))

Sabtu, 01 Desember 2007

"Berburu" Ikan Paus

Di NZ obyek wisata alam benar-benar dilestarikan tanpa harus mengusik keaslian yang ada. Salah satu obyek menarik adalah melihat ikan paus sarapan pagi di perairan Kaikoura (South Island). Kapal pemberangkatan paling awal adalah jam 7 pagi, meskipun saat itu winter, rombongan pagi itu tetap padat (sekitar 50 orang).

Dengan kapal jenis katamaran berkecepatan tinggi, kita diajak keliling mengejar ikan paus yang sedang sarapan. Sang kapten tanpa putus asa mengejar dengan alat sonar, kira-kira di mana keberadaan ikan paus tersebut. Sampai akhirnya setelah 30 menit berlayar kesana kemari, kita semua dibuat takjub, karena kapal bisa berhenti begitu dekat dengan ikan paus yang lahap menyantap plankton, lalu membuat gerakan untuk masuk lagi ke dalam laut dengan ekornya masuk paling terakhir (gerakan khas ikan paus yang sering diambil sebagai obyek foto).

Tidak semua sensasi mononton ikan paus dirasakan oleh penumpang, karena sebagian mereka sedang sibuk menanggulangi mabuk laut dengan kantong plastik menempel di mulut masing-masing (termasuk Dangbayan dan istri, he..he) -
(Keterangan foto: buntut ikan paus terlambat dipotret)

Nelson - Blenheim


Dalam suatu kesempatan di 2006 kami sempat berkunjung ke Nelson dan Blenheim di bagian utara South Island. Dari Auckland naik pesawat domestik sekitar 1 jam ke Nelson. Nelson adalah kota yang paling banyak disinari oleh matahari dalam setahun dibanding kota-kota yang lain, dan pernah menjadi kota dengan pertumbuhan nilai property yang tertinggi. Selain itu, kota kecil ini juga banyak diramaikan oleh para seniman, baik itu pematung atau pelukis, sehingga cukup banyak galeri seni yang bisa dikunjungi. Daya tarik lain, bersama kota Blenheim (sekitar 1 jam dar Nelson ke arah timur), merupakan salah satu pusat perkebunan anggur dan sekaligus industri pembuatan wine terbesar di NZ.

Kalau kita datang dengan kapal ferry dari Wellington, kita akan berlabuh di Picton yang terletak sebelah utara Blenheim (kurang dari sejam). Kawasan yang dijuluki 'the sunniest place in NZ' ini rupanya sangat cocok untuk tumbuhnya tanaman anggur. Industri wine di NZ sangat maju, dengan teknologi yang dikembangkan di NZ, kini mereka sanggup memproduksi wine dalam skala industri besar. Untuk kebutuhan tontonan turis, biasanya mereka tetap mempertahankan sebagian cara produksinya dengan gaya tradisional yang diwariskan oleh Perancis. Namun selebihnya, untuk konsumsi ekspor, mereka menggenjot produksi minuman anggur dengan teknologi canggih.

Percaya atau tidak, ada juga tenaga kerja Indonesia yang bekerja di perkebunan-perkebunan anggur di sini. Untuk bekerja sekitar 3 bulan saja, seorang pekerja bisa membawa pulang bersih minimal sebesar Rp 15 juta (setelah dikurangi biaya hidup 3 bulan, tiket pesawat dan membeli oleh-oleh). Pekerjaannya adalah sebagai pemetik buah anggur yang tidak memerlukan keterampilan khusus, sehingga pria dan wanita bisa melakukannya. Hasil upah sebesar itu tentu masih lebih baik dibanding bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia.

Sayang, belum banyak dilirik oleh pengerah tenaga kerja kita, padahal setiap tahun kebutuhan tenaga kerja perkebunan di NZ cukup besar.
(Keterangan foto: winter di perkebunan anggur, Blenheim)


Harga Mobil Lebih Murah

Mobil bekas yang diimpor dari Jepang banyak lalu lalang di NZ. Karena tidak ada pajak barang mewah seperti di Indonesia, sudah tentu harga jualnya jauh lebih murah dibanding harga di tanah air. Apalagi dengan pembelian lewat lelang kita bisa beruntung mendapatkannya lebih murah lagi. Untuk orang awam yang kurang paham soal baik buruknya kondisi mobil bekas, mereka bisa minta jasa pengecekan mobil (car inspection) yang sangat profesional dan bisa dipercaya. Sehingga calon pembeli awam bisa memilih mobil bekas yang benar-benar baik kondisinya.

Baru-baru ini Vikra, anak kami, dengan uang tabungan dan pinjaman ke orang tuanya membeli mobil bekas berupa sedan Toyota Corina tahun 1997, 2000cc, seharga NZ$ 6000 (saat ini 1 NZ$ = Rp 7000). Kondisinya masih bagus. Kami sendiri dulu menggunakan Toyota Lucida, 8 seater, 2000cc bermesin diesel., thn 1996, seharga NZ$ 7000.

Tapi memang yang mahal adalah bensinnya. Harga bisa 2,5 kali dari harga di tanah air. Memiliki mobil di Auckland memang vital kalau aktifitas kita memerlukan bepergian jauh dari rumah, karena kendaraan umum hanya ada dua, bus dan taxi. Ada juga kereta api tapi jalurnya kurang luas. Bus hanya melayani jalan-jalan utama, sehingga kita harus berjalan lumayan jauh untuk sampai tujuan. Belum lagi kontur tanah yang naik turun cukup menantang betis kita (buat yang mau menurunkan berat badan sih cocok ya). (Keterangan foto: Toyota Lucida)