Jumat, 30 November 2007

Berapa Biaya Sekolah di NZ?

Bagi overseas student, biaya sekolah dikenakan secara penuh. Sedangkan bagi warga setempat atau pemegang status PR biayanya gratis untuk SD - SMA, sedangkan di universitas mendapatkan harga 1/3 nya (semua untuk public school). Biaya sekolah bagi overseas student (SD-SMA) sekitar NZ$ 15 ribu per tahun (1 NZ$ = Rp 6000 - 7000). Sedangkan untuk universitas bervariasi tergantung fakultasnya, yaitu antara NZ$ 15 ribu s/d 20 ribu per tahun.

Lalu untuk biaya hidup di sana, misalnya untuk home stay dengan 2 kali makan (pagi dan malam, krn siang asumsinya makan di sekolah, jam sekolah jam 8.45 s/d 15.30) sekitar NZ$ 200 /minggu atau NZ$ 800/bulan. Untuk transport (kalau diperlukan, tapi kalau home stay nya dekat sekolah bisa jalan kaki) sebulan sekitar NZ$ 200. Untuk uang jajan (termasuk makan siang di sekolah) sekitar NZ$ 300. Jadi total kebutuhan minimun utk hidup di sana NZ$ 1300.

Nah, ringkasnya, biaya sekolah SD - SMA per bulannya sekitar NZ$ 2550, kalau kuliah sekitar NZ$ 3000 (ini semua cuma perkiraan untuk sekolah dengan biaya hidup yang pas-pas saja). Tentu akan lebih bila uang saku ditambah atau anak kita dibelikan mobil (ada uang bensin dan perawatan). Kalau kita ambil kurs yg 1 NZ$ = Rp 7000 saja, berarti biaya anak sekolah perbulan bisa dikatakan antara Rp 15 - 21 juta / bulan atau kalau agak dimanja sedikit bisa Rp 17,5 - 23,5 juta per bulan (uang sekolah dan biaya hidup).

Berapa biaya sekolah dan hidup kalau menyekolahkan anak kita seperti ke Global Jaya, High Scope, British School, German School, UPH, Trisakti, UI, Binus, dll? (Keterangan foto: Hakim dan teman sekolahnya)

Selasa, 27 November 2007

Salah Satu Tempat Teraman di Dunia

New Zealand (NZ) dikenal sejak lama sebagai salah satu tempat yang teraman di dunia, dari sisi tingkat kriminalitas. Anak-anak remaja kemana-mana banyak menggunakan kendaraan umum seperti bus. Anak kami yang tertua memutuskan untuk sekolah di sana diusianya yang baru 14 tahun. Sebagai orangtua tentu awalnya was-was juga. Tapi dia mencoba meyakinkan kami bahwa dia bisa hidup mandiri tanpa orangtuanya, malah dia bilang: "Kalau aku sekolah di Jakarta, bapak - ibu pasti nggak ngijinin aku pergi naik bus kan? Di sini aku ngerasa 'safe' pergi kemana-mana sendirian ... Lagipula kalau di Jakarta aku apa-apa dibantuin si mbak, tapi kalau di sini mau nggak mau aku harus bisa sendiri ..." Waduh, kok tiba-tiba anak "bayi" kami ini serasa sudah dewasa sekali (kalau dalam bahasa Sunda "Kokolot begog"). Maka, dengan ikhlas kami izinkan dia buat sekolah di NZ ketika masih di high school. Kami sendiri, orang tua dan satu orang adiknya kembali ke Jakarta.

Tapi bukan berarti NZ benar-benar bersih dari kriminalitas. Tetap ada gank di beberapa tempat atau wilayah tertentu. Tetap ada berita kehilangan mobil, penculikan atau penipuan dan pencurian. Barangkali secara statistik jumlahnya sangat kecil sekali. Mungkin karena sistem kesejahteraan sosial mereka cukup ok, yaitu bila seseorang menganggur bisa mendapatkan tunjangan sosial yang dibayar mingguan yang cukup untuk mengontrak kamar dan makan. Kalau dia berkeluarga dan punya anak, maka tunjangan menjadi lebih besar lagi sehingga cukup untuk membayar kontrakan rumah. Dengan demikian, motif pencurian biasanya bukan karena alasan lapar.

Yang disayangkan lagi, dengan dibukanya keran imigran dari Asia, tidak sedikit pelaku kriminalitas itu adalah orang-orang Asia. Ketika kami tinggal di sana 2004 - 2005 (16 bulan), terjadi kasus penculikan dan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh imigran dari China daratan. Beritanya menggemparkan sehingga menjadi headline di koran-koran utama. (Keterangan foto: Hakim, pose didepan rumah dan bersama tetangga: Ellaine dan Suzane)

Senin, 12 November 2007

Lebih Kenyang dan Hemat

Kalau kita sekeluarga (asumsinya dengan 2 anak) sewa mobil untuk jelajah NZ, tentu kita sudah buat rencana perjalanan di kota apa saja akan bermalam, dan kalau perlu kita sudah memesan motelnya lewat internet. Jangan lupa membawa rice cooker (berasnya mudah didapat di banyak supermarket). Di motel bisanya ada pantry sehingga kita bisa buat nasi, tinggal lauknya kita beli di supermarket yang bisa dimasak atau dipanaskan dengan microwave (pastikan memesan motel yg ada fasilitas microwave nya di kamar). Selain lebih kenyang, juga lebih murah dibanding makan di restaurant. Bagi muslim yang peduli dengan makanan halal, bisa mencari fish and chips berikut salad nya. Tapi chips nya kita ganti dengan nasi yang dimasak sendiri. Lebih sip lagi kalau bawa kursi lipat dan peralatan piknik lainnya, sehingga kita bisa pilih tempat strategis buat menyantap makanan bersama keluarga sambil menatap pemandangan indah. Kalau kita kenal dengan teman-teman Indonesia, mereka bisa membantu meminjamkan peralatan tadi. O ya, kalau camper van yang anda sewa tentu lebih mudah dalam urusan menyiapkan makanan ini. (Keterangan foto: jalan-jalan dengan kawan-kawan ke Coromandel)

Liburan Dapat Uang?

Siapa yang tak mau? Di NZ banyak turis backpacker yang melancong sekalian bekerja di perkebunan. Jadi yang penting buat backpackers ini gimana caranya bisa mendarat di NZ dengan visa turis. Sehari dua hari browsing di internet buat ngelamar kerja diperkebunan. Begitu ada tawaran, mereka tinggal ke imigrasi buat ganti visa turisnya menjadi visa kerja dan berangkatlah kemudian ke perkebunan (cukup jauh dari Auckland). Boleh pilih, ada yang ke perkebunan anggur, kiwi, apel, dll. Biasanya jadi pemetik buah, sehingga tidak dibutuhkan keterampilan khusus dan bisa dikerjakan oleh perempuan juga. Bayarannya lumayan lah, antara 10 - 12,5 dollar per jam gross. Sehari bisa kerja 10 jam. Biaya kamar per minggu 90 - 100 dollar. Biaya makanan seminggu 100- 150 dollar (masak sendiri). Kalau bisa kerja sampai 3 bulan saja, lumayan banget buat ongkos jelajah NZ. Backpackers dari Eropa banyak melakukan cara ini buat hemat ongkos jalan-jalan di NZ. Anda ingin mencoba? (Keterangan foto: Vikra dan Ramiz di Sky Tower Auckland)

Minggu, 11 November 2007

Mereka Kompak Euy

Sebagai salah satu negara yang punya sistem pendidikan terbaik, tak heran kalau banyak pelajar dari luar yang sekolah di NZ. Dari Asia, terbanyak orang China (mainland) dan Korsel. Mungkin karena mereka juga anggap NZ sebagai salah satu negara yang teraman di dunia, selain bonus lainnya berupa pemandangan alam yang begitu indah.

Masalah utama buat pelajar asing tentunya soal bahasa Inggris. Salah satu strategi mengatasi soal bahasa adalah, anak-anak itu mulai bersekolah di NZ sejak SMA. Dengan cara itu, saat kuliah nanti, bahasa Inggrisnya benar-benar sudah memadai untuk menggunakan bahasa Inggris akademis (bukan yang pasaran).

Banyak pelajar China atau Korea yang sekolah tanpa orang tuanya di NZ. Padahal namanya orang tua, siapa sih yang nggak was-was mengirim anak remajanya ke luar negeri? Selidik punya selidik, oh ternyata mereka banyak memanfaatkan kenalan atau famili yang tinggal di NZ sebagai tempat tumpangan anaknya ('home stay'). Luarrr biasa semangat mereka buat maju. Kayaknya famili/kenalan yang dititipi sadar, dengan cara ini mereka masih bisa berperan buat negaranya, yaitu berharap setelah lulus di NZ si anak akan kembali ke kampung halaman untuk menyumbangkan pikiran dan tenaganya.

Sedangkan si orang tua, tentu lebih merasa tenang karena anaknya ada yang mengawasi di masa remaja yang rawan. Saat masuk kuliah biasanya anak-anak ini akan memilih, tetap tinggal dgn famili atau kenalan ortunya atau pindah ke apartemen dekat kampus. (Keterangan foto: halaman Takapuna Primary School, Auckland)

Sabtu, 10 November 2007

Banana Complex

He..he, biarpun NZ tidak sepopuler US atau Australia, ternyata lumayan juga jumlah orang Indonesia yang menetap di NZ. Minimal 2000 orang, campuran pelajar dan yang menjadi penduduk tetap. Terbanyak ada di Auckland, sebagai kota terbesar dengan populasi 1 juta jiwa. Ada istilah 'banana complex' buat anak Indonesia yang sudah lama tinggal di negeri barat pada umumnya, yaitu 'attitude' seperti orang barat tapi kulit tetap berwarna. Meskipun demikian, beberapa anak Indonesia yang sudah kesulitan bicara bahasa Indonesia, masih memiliki cara lain untuk mencintai negerinya. Salah satunya dengan mempelajari tari-tarian khas Indonesia. Bahkan, kegiatan ini sudah dipertontonkan ke masyarakat NZ dalam beberapa kali kesempatan. Komunikasi pun terjalin lewat kesenian. Selama kami tinggal di NZ, setidaknya melalui tarian sudah berkenalan dengan komunitas Asia timur lainnya, juga Denmark, Syria, Israel, Belanda, India, dll. Biarlah anak-anak itu menjadi warga global saja, toh berkarya bisa di mana-mana. Contohlah bangsa perantau seperti China dan India. Setelah jaringan perantau global mereka kuat, kemudian beramai-ramai mereka membangun negerinya. (Keterangan foto: anak Indonesia menari di depan komunitas Maori)

Jelajah NZ

Berapa lama waktu ideal buat berwisata ke NZ? Kalau paket-paket yang dijual banyak travel yang diiklankan di koran-koran Indonesia ada yang 5 hari sampai 12 hari. Yang waktunya pendek biasanya dikombinasi dengan wisata ke Australia. Bagi kami yang kebetulan pernah menjelajahi hingga ujung South Island, rasanya 12 hari tetaplah kurang.

Saran kami, pilihlah setidaknya 14 hari di musim panas (Desember - Maret). Sewa mobil atau bisa juga camper van. Zzzziiiing, melajulah dan nimati jalan-jalan yang nyaman. Nggak perlu takut nyasar, nggak perlu takut kemalaman di jalan. Di pelosok-pelosok tersedia yang namanya motel dan B&B (Bed & Breakfast) dengan tarif standar. Pemandangan? Rasakan saja langsung, kombinasi gunung, danau, laut dan sungai sangat luar biasa. Bila memilih datang di musim dingin (Juni - Agustus), bisa langsung saja memilih kota wisata internasional Queenstown dan sekitarnya (di South Island) selama 5 - 7 hari, di mana fasilitas ski tersedia di mana-mana dengan barisan gunung tertutup salju mengelilingi Queenstown.

Bila Anda bisa mengumpulkan satu grup untuk berlibur ke NZ (minimal 15 orang), kita bisa meminta bantuan teman-teman Indonesia di NZ untuk mengatur cara berlibur ekonomis. Malah bila perlu, selama di NZ ditemani oleh teman Indonesia di sana sebagai guide. (Keterangan foto: Vikra dan Ramiz main ski di Mt. Ruapehu, North Island)




Ke Bali Ku Kan Kembali

Suatu kali di 2004 kami berbincang dengan orang Auckland, kebetulan kami adalah tetangga baru mereka. Pasangan sekitar usia 40an tahun ini mengaku kenal Indonesia karena sudah beberapa kali pergi ke Bali dengan anak-anaknya. Ya, Bali merupakan salah satu destinasi liburan favorit orang kiwi yang jumlahnya sekitar 4 juta jiwa. Dengan paket wisata dibawah NZ$ 1500 mereka sudah bisa berlibur 4 - 5 hari di Bali. Tetangga kami bilang, 1 dari 3 orang NZ pasti sudah pernah ke Bali. Tapi sejak 2006 Garuda tak lagi terbang ke Auckland, tentu terjadi penurunan kunjungan wisatawan NZ ke Bali, karena airline lain memberi bandrol tiket lebih mahal. Ayo Garuda, banyak orang kiwi yang sudah kangen Bali nih.

Out of Top of Mind


Dari sepuluh orang yang saya jumpai di Indonesia, paling hanya satu atau dua orang yang tau NZ. Selebihnya sering mengira NZ itu ada di Australia. Kaciaaaan deh NZ. Buat saya, NZ sudah saya kenal sejak masih di SMA (78 - 81), karena sebagai pelahap berita saya membaca bahwa NZ salah satu negara yang paling gigih menentang percobaan bom nuklir Prancis di Atol Maurora. Aktivis lingkungan seperti Green Peace cukup banyak pengikutnya di NZ. Tapi Prancis tetap tega meledakkan kapal Green Peace ketika sedang merapat di pelabuhan Auckland (agen intel yang meledakkan tertangkap dan dihukum di NZ). Nggak heran, karena banyak 'enviromintalist', NZ sangat menjaga negerinya tetap bersahabat dengan lingkungan. Kalau Australia punya PLT Nuklir, NZ menolaknya mentah-mentah. Buat mereka lebih baik membangun PLT Angin yang bersahabat.

Sebagai tempat kunjungan wisata atau studi pun NZ masih kalah populer. Padahal mutu sistem pendidikannya salah satu yang terbaik di dunia (ini kata Doktor Komarudin Hidayat). Orang-orang Eropa, Jepang dan US menempatkan NZ sebagai tempat liburan favorit. Bila tujuan berlibur Anda cuma mau belanja seperti ke Hongkong, Milan atau Paris, NZ bukan tempat yang tepat. NZ cocok buat keluarga yang suka petualangan, senang dengan pemandangan indah dan mau menyetir sendiri mobil (sama-sama stir kanan seperti di Indonesia). Anda tertarik? (Keterangan foto: menanti pelompat bungy di Rotorua)

Ditinggal Garuda

Teman-teman yang tinggal di NZ sedih karena sejak 2006 Garuda Indonesia sudah tidak lagi menyinggahi Auckland. Biasanya ada penerbangan 2 kali seminggu (Sabtu dan Rabu) dari Jakarta ke Auckland via Denpasar dan Brisbane. Lama penerbangan plus transit sekitar 12 jam. Yang nyaman buat teman-teman Indonesia dengan terbang bersama Garuda adalah tentu saja soal kemudahan berkomunikasi dengan crew dan harga tiket yang lebih murah. Meskipun, harus diakui, fasilitas layanannya kalah jauh dibanding airline yang lain. Sekarang, untuk ke Auckland kita masih bisa terbang dengan SQ, MAS, Brunei dan Qantas. Belakangan ada berita di koran, kata dirut Garuda - Emirsyah - akan dibuka lagi penerbangan ke beberapa kota di luar negeri. Mungkin gara-gara Garuda sebagai perusahaan sudah mulai menuai keuntungan nih. Ditunggu deh kabar baiknya pak Emirsyah, mudah-mudahan Auckland disinggahi lagi dong ya. (Keterangan foto: menikmati makan siang di pinggir sungai di kota Hamilton)

Aotearoa

Konon waktu orang Hawaiki (di kepulauan Hawai sekarang) mengarungi samudera Pasifik dalam rangka expedisi di tahun 900 an masehi, mereka menemukan suatu bentangan awan putih yang panjang (ao= awan, tea= putih, roa-panjang, atau awan putih panjang). Ternyata bentangan awan itu berada di atas wilayah New Zealand. Mereka pun lantas merapat di tanah New Zealand dari arah Great Barrier Island, arah timur dari North Island. Sejak itu nenek moyang bangsa Maori menyebut tanah yang baru ditemukan itu (dikenal sebagai NZ saat ini) sebagai Aotearoa. Arti lain dari Aotearoa ialah perahu kanu yang panjang, ini untuk mengingatkan bagaimana leluhur orang Maori melakukan expedisi mengarungi samudera luas hanya dengan menggunakan perahu-perahu kanu yang panjang. (Keterangan foto: Hakim & teman2 Indonesia berpose bersama Perdana Menteri NZ, Helen Clark - foto Ivan MW)

Kia Ora

"Halo, apa kabar?", itu kira-kira artinya dalam bahasa Maori. Di NZ begitu banyak hamparan rumput luas. Silakan duduk-duduk santai dan anggap saja seperti di rumah sendiri. Mau tiduran juga boleh sambil bermandi hangatnya matahari. Jangan lupa bawa makanan dan minuman sendiri. Atau... hmmmm, sambil BBQ juga ok. Pokoknya santai aja, nggak usah kuatir banyak debu atau didatangi preman. Mencari taman rumputnya pun nggak perlu bermacet-macet, bahkan cukup jalan kaki. Inilah secuil gaya hidup orang kiwi (sebutan untuk new zelander). Menikmati hidup sambil mensyukuri anugrah sang Pencipta. Anak-anak riang gembira bebas, berlarian kesana kemari. Di NZ hidup tidak perlu terburu-buru, yang pas-pas saja. (Keterangan foto: menikmati danau Pupuke, Takapuna, North Shore - Auckland)