Sabtu, 08 November 2008

Clark atau Key?

Hari ini pemilu di NZ berlangsung. Beritanya memang tidak seheboh pemilu di US, yah apalah arti negara berpenduduk 4 juta dibanding US yg berpenduduk 300 jutaan. Namun tampaknya demam "perubahan" yang didengungkan Obama menjadi inspirasi tema kampanye John Key si penantang Helen Clark. Dari polling yang banyak dilakukan popularitas Key (berasal dari partai nasional) terus menguat, sementara Clark yang sudah dua kali menjabat sebagai perdana mentri (dari partai buruh) tampaknya dianggap cukup oleh rakyat NZ.

Siapapun yang terpilih, masalah ekonomi tentu menjadi prioritas. Biaya hidup yang terus merambat naik perlu diimbangi dengan geliat ekonomi yang meningkatkan daya beli rakyat. Cerita-cerita mulai dari PHK sampai harga kebutuhan pokok yang makin mahal terus terdengar.

Kita tunggu besok, siapa yang ahirnya bakal menjadi kepala pemerintahan di NZ selanjutnya.

PS. Key akhirnya memenangkan pertarungan. Rakyat NZ tampaknya ingin ada perubahan seperti halnya rakyat Amerika yang menginginkan perubahan melalui Obama.

Selasa, 30 September 2008

Nada Dahsyat

Menyambut hari Raya di Auckland tentu berbeda dengan di tanah air. Yang sangat saya rasakan rasa kehilangan menikmati nada dahsyat dari takbiran. Mendengar nada takbiran, hati saya selalu terenyuh, seperti merasakan suatu keadaan yang maha kecil dihadapan yang Maha Besar.

Keesokannya, pas hari lebaran, umat Islam di Auckland berbondong sholat Ied di lapangan olah raga atau gedung pertemuan. Suasananya lebih global, karena kita bercampur dengan orang Somalia, Afrika Selatan, Mesir, Tunisia, Jazirah Arab, Iran, Afghan, Pakistan, India, Malaysia dan orang bule Kiwi yang muslim. "Eid Mubarak", begitu ucapan terlontar ketika saling bersalaman selepas sholat Ied. Setelah itu, makanan tersaji di meja-meja yang panjang, dan kitapun menikmatinya dalam aneka rasa yang mewakili etnik muslim yang ada di Auckland.

Allahu Akbar Allahu Akbar...., hatipun tercekat dan pikiran melayang pada suasana lebaran di tanah air.

We are What We Eat

Besok 1 Oktober adalah Hari Raya Idul Fitri di tanah air. Seperti biasa harga bahan makanan naik, termasuk daging sapi dan kambing. Makanan khas lebaran antara lain rendang daging, sambal goreng ati, opor ayam, ketupat, sayur lodeh labu, dll. Kemanangan di ujung Ramadhan dirayakan dengan aneka macam makanan khas di atas. Begitu bersemangatnya merayakan hari kemenangan, sampai tak mengindahkan lagi aspek thoyibah atau yang baik buat masing-masing individu.

Makan manis-manis halal buat saya pribadi, tetapi tidak thoyib, karena selain sudah usia mendekati 50, juga ada faktor genetik potensi diabet (4 orang dari 9 saudara kakak beradik di keluarga saya sudah terkena diabet). Padahal Allah menyuruh kita merawat tubuh ini sebaik-baiknya. Maka, sepantasnya kita bisa memilih dan memilah santapan hari raya secara bijak. Pilihlah bukan hanya karena halal, tetapi juga karena thoyib buat tubuh kita. Karena dengan begitu kita sudah menjalankan perintah Allah secara lebih menyeluruh dalam urusan makanan ini.

Masih urusan makanan, statistik mengatakan penderita penyakit jantung koroner banyak diidap masyarakat Sumatera. Mungkin karena masakannya banyak menggunakan santan dan itu dikonsumsi terus menerus hampir sepanjang usianya. Hemat saya banyak masakan Manado, Bali dan Sunda yang masuk kategori sehat. Mungkin sudah waktunya ada suatu penelitian untuk menyeleksi apa-saja makanan nusantara yang masuk kategori sehat.

Anda tertarik melakukannya?

Senin, 15 September 2008

Thika dan Dian

Thika dan Dian adalah dua putri Aceh yang seketika menjadi yatim piatu menyusul bencana tsunami tahun 2004 yang lalu. Selepas lulus dari SMA Fajar Hidayah, mereka ingin sekali bisa melanjutkan sekolah ke luar negri. Hampir saja mimpi itu menjadi kenyataan, tatkala mereka "diangkat" oleh sebuah keluarga di Singapura. Sayangnya, sang orang tua angkat belum mampu menyekolahkan mereka di Singapura lantaran sang orangtua angkat sendiri masih punya 4 anak kandung mereka yang juga memerlukan biaya. Dian dan Thika pun kembali ke tanah air, dipanggil oleh pengurus Sekolah Fajar Hidayah di Jakarta. Bu Draga, demikian nama pengurus yayasan, sedang mengusahakan sekolah dengan bea siswa di salah satu universitas swasta di Bogor. Mudah-mudahan mereka diterima di Bogor, dan untuk sementara mimpi bersekolah di luar negeri tetap menjadi harapan yang tersimpan di sudut hati masing-masing.

Dalam nasehat saya kepada mereka, saya tekankan untuk jangan memadamkan mimpi itu. Siapa tahu ada keluarga di New Zealand yang mau "mengangkat" mereka dan menyekolahkannya di negeri Kiwi ini.

Senin, 01 September 2008

Ibadah Sakral, Perilaku Tak Dijamin...

Hari ini 1 September 2008, umat Islam di tanah air memulai ibadah shaum Ramadhan nya. Di New Zealand sendiri baru akan mulai esok hari. Pikiran pun melayang ke masa lalu, ketika menjalani ibadah puasa Ramadhan di Auckland. Ketika itu jatuh dibulan menjelang puncak musim panas, sehingga matahari pun baru tergelincir sekitar pukul 9.30 malam. Kalau muslim di tanah air sudah bisa berbuka sekitar pukul 6 sore, kami yang tinggal di Auckland saat itu masih harus menahannya 3,5 jam lagi.

Ujian lainnya, cafe, restaurant dan berbagai hiburan tetap beroperasi. Meskipun New Zealand bukan negara agama, namun tradisi kristen sangatlah mempengaruhi kebiasaan rakyatnya. Sehingga libur nasional sama sekali tak ada yang berhubungan dengan peringatan hari-hari besar Islam. Maka, sholat tarawih atau bahkan sholat Ied, diadakan di hari kerja dengan menyewa tempat-tempat yang luas seperti sport hall, dll. Setelah usai sholat Ied, sebagian besar kemudian bergegas ke tempat aktifitas rutinnya seperti bekerja atau sekolah. Sungguh jauh dari suasana puasa dan lebaran di tanah air.

Ketika saya sempat bekerja di restauran cepat saji dekat rumah, manager in duty yang orang Maori terheran-heran mengetahui bahwa di saat itu saya bekerja tanpa makan dan minum sampai pada waktunya berbuka.

Begitulah suka duka berpuasa di negeri orang yang mana umat Islam nya menjadi minoritas. Tapi saya dan keluarga merasa plong bisa melewati dengan tetap ikhlas. Apalagi ujiannya cukup berat, mulai dari jam berbuka yang mundur juga melihat suasana normal sehari-hari di mana orang bersantai makan di cafe-cafe pinggir jalan.

Sementara saat itu melalui berita online terbaca bagaimana sekumpulan orang berpeci putih mengatasnamakan organisasi Islam
dengan beringas sibuk mengobrak-abrik cafe-cafe yang dianggap menawarkan maksiat atau barang haram. Kenapa mereka lakukan hanya jelang bulan puasa? Atau kenapa mereka tidak mengobrak-abrik institusi-institusi yang banyak menyusahkan rakyat karena berbagai pungutan liarnya? Jangan-jangan ini karena ibadah itu sendiri sudah dituhankan oleh mereka. Ibadah harus sakral dan tanpa gangguan, tetapi perilaku sehari-hari tidak dijamin....


Sabtu, 30 Agustus 2008

Stop Pengistimewaan

Menjelang Ramadhan ini pemerintah di tanah air, MUI dan aparat keamanan dan ketertiban kota sibuk membersihkan segala potensi maksiat dan yang berbau haram. Cafe-cafe yang menyelenggrakan musik hidup di Depok bahkan dilarang sama sekali beroperasi. Semua ini tujuannya agar mereka yang beribadah puasa bisa lebih khusyuk atau tenang dalam menjalankannya. Rumah-rumah makan pun diminta menggunakan tirai di jendelanya.

Dalam hati kecil saya berkata, kenapa ya di bulan puasa selalu ada kehebohan-jehebohan seperti itu, dengan alasan untuk menghormati orang yang berpuasa. O ya, mungkin karena di tanah air mayoritasnya adalah umat Islam. Lalu bagaimana dengan umat Islam yang menjadi minoritas di suatu negara? Apakah ibadah puasa mereka kemudian menjadi berantakan gara-gara rumah makan, cafe, klub malam, dll, tetap beroparasi? Bukankah makna puasa tidak sesederhana menahan lapar dan haus, tetapi lebih soal pengendakian diri secara total. Dan, kalau berpuasa itu dianalogikan sebagai ajang latihan, maka berikanlah latihan yang seperti keadaan sesungguhnya, yaitu berhadapan langsung dengan berbagai godaan di depan mata. Itulah realita kehidupan yang harus dihadapi umat Islam. Layaknya jargon para tentara, "lebih baik banjir keringat saat latihan daripada banjir darah di pertempuran".

Jadi, hemat saya stop segala bentuk pengistimewaan semu itu. Atau, sekalian pemerintah konsisten melarang segala bentuk potensi maksiat dan haram itu sepanjang tahun, bukan cuma di bulan puasa saja.






Senin, 25 Agustus 2008

Manfaat dan Mudharat

Sebagai negara barat, di New Zealand kebebasan untuk melakukan hubungan sex dilegalkan sejak remaja berusia 16 tahun. Meski dibarengi dengan pendidikan sex di sekolah, tidak jarang 'kebablasan" juga, sehingga ada yang kawin muda atau si remaja perempuan harus off dulu dari sekolah karena mengurus bayinya. Dengan aturan seperti di atas, memang angka perkosaan relatif kecil. Rasa ingin tahu para remaja dalam hal ini bisa tersalurkan dengan teman atau pacarnya.

Kalau dikaitkan dengan ukuran moral negara timur, hukum yang diterapkan di atas memang terasa melampaui batas. Belum lagi dikaitkan dengan moral agama. Di NZ, poligami dilarang oleh hukum tetapi hidup bersama sah-sah saja. Yah, begitulah, tantangan hidup di negara barat ada manfaat dan mudharatnya. Mudah-mudahan anak-anak kami bisa melampaui situasi ini dengan selamat. Amin.


Sabtu, 16 Agustus 2008

Jangan Frustrasi

Di New Zealand berlangganan listrik bukan hal yang sulit. Ketika pertama kali akan menempati rumah, kita cukup angkat telepon ke salah satu operator listrik untuk menyampaikan minat berlangganan listrik. Setelah itu tak lebih dari 1 hari rumah kita sudah dialiri listrik. Kita tak perlu meminta daya listrik tertentu, seperti di tanah air, misalnya 2200, 6600, watt, dst. Berapapun pemakaian silakan saja, asal setiap bulan dibayar. Tapi meskipun demikian, karena ongkosnya mahal, praktis penduduk NZ tidak jor-joran menggunakan listrik di rumahnya.

Sementara di tanah air, di tengah krisis pasokan listrik, rumah-rumah mewah tetap saja menyalakan lampu taman, lampu pagar, lampu teras dengan gemerlapan, belum lagi AC yang menyala sepanjang hari. Kalau ditanya mengapa, barangkali jawabannya juga masuk akal, yaitu menyangkut aspek keamanan.

Dengan demikian urutan prioritasnya harus seperti ini: Negara merdeka dulu, lalu rakyat disejahterakan, sehingga angka kriminalitas rendah, maka ketika energi listrik terbatas rumah-rumah bisa menghemat litrsik tanpa harus takut soal keamanan. Pfuiih, proses yang cukup panjang ya cuma untuk menghemat litrik.... (mudah-mudahan masyarakat di tanah air tidak lantas frustrasi karena uang negara yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat dicuri oleh para koruptor).


Manja vs Sehat

Salah satu kenikmatan hidup di Jakarta adalah kemanjaan berlimpah dari para sopir kendaraan umum. Coba saja lihat, bus, mikrolet atau angkot akan berlomba-lomba berhenti "ngetem" di tikungan ketimbang di halte yang berjarak 30 - 50 meter dari tikungan itu, sehingga penumpang tak perlu jalan lebih jauh. Atau, cukup sering kendaraan umum itu berhenti di mulut sebuah gang demi menantikan seorang calon penumpang yang mengangkat tangan, padahal ia masih berjalan di gang itu. Sementara klakson mobil dan motol bersahutan meminta jalan, sang sopir dengan santai sambil mengisap rokok hanya memberi kode tangan agar menyusulnya meskil kendaraan ini sudah menutup satu lajur jalan. Belum lagi kemanjaan lain, begitu penumpang turun dari kendaraan umum, tawaran ojek akan datang seolah tak rela kita lelah sedikit berjalan kaki.

Ada seorang muda di Bintaro yang kemudian tercetus ide membuat usaha
ojeg premium, disebut."limo bike". Armada motornya trendy lengkap dengan penahan angin. Penumpang disediakan helm dan jaket dengan warna senada dengan motor dan pengemudinya. Rute sementara Bintaro - Sudirman (pagi) dan sebaliknya (sore). Ongkos yang dipatok Rp 20.000 sekali jalan. Konon peminatnya antri setiap hari.

Di Auckland, New Zealand, naik kendaraan umum ada empat pilihan. Kereta api dengan rute sangat terbatas, ferry, bus dan taxi. Jangan harap ada angkot atau ojeg lho. Kalau kita naik bus (yang paling murah) untuk ke suatu tujuan, kerap kita harus berjalan kaki lagi. Cukup lelah karena kontur tanah di Auckland naik turun, apalagi kalau sedang hujan angin. Hmmm... . Tapi untuk menghibur diri saya selalu teringat ungkapan
"the more you walk the more you live".

Nah, silakan pilih, banyak jalan supaya sehat atau mengandalkan ojheg di jalanan bechek....

Sabtu, 02 Agustus 2008

Indonesian Stars

Jarang warga Indonesia di NZ mendapat hiburan dari artis-artis terkenal tanah air. Beda dengan warga Indonesia di Malaysia, Hongkong dan Korea Selatan yang kerap dikunjungi artis tanah air buat dihibur. Namun dalam rangka HUT RI 2008 ini KBRI berinisiatif mengundang sejumlah artis datang ke NZ guna menghibur. Di Auckland, misalnya, dibungkus dalam acara "Nite with Indonesian Stars".

Ada Tora Sudiro, Dewi Sandra, Arie Dagienks, Marcel dan Didik Nini Thowok. Hmmm, luar biasa. Dari salah satu yang diundang di atas, kami dengar para artis ini akan singgah selama 1 minggu di NZ. Semuanya atas biaya KBRI.

Harapannya tentu untuk kedepannya setiap tahun KBRI bisa melakukan hal seperti ini. Bukan hanya karena menjelang pemilu saja. Amin.

Minggu, 20 Juli 2008

Taman di Jakarta

Karena ada keperluan untuk klien, saya harus mencari lokasi taman-taman di Jakarta melalui internet. Saya temukan beberapa lokasi lengkap dengan gambarnya. Ternyata taman-taman yang saya temukan diluar bayangan saya sebelumnya. Silakan lihat beberapa di bawah ini. Rasanya saya harus melihatnya langsung, apakah seindah seperti di foto?

Malu sama Kucing

Dalam suatu kesempatan di Auckland saya melaju mobil dengan kecepatan sekitar 50 km/jam. Tampak di muka jalan sepi tak ada halangan. Sesaat kemudian saya kaget ada orang di sisi jalan yang berteriak sambil mengangkat ke dua tangannya dengan muka kesal. Saya baru tersadar kalau orang tadi bermaksud menyeberang tapi mobil yang saya kemudikan dianggap tidak memberi dia kesempatan buat menyebarang. Dan, orang itu berdiri tepat di ujung zebra cross. Hmm, gaya Jakarta susah kalau dibawa ke negeri yg serba teratur.

Suatu kali setelah kejadian di atas, di tanah air, saya menyeberang di zebra cross, tapi mobil dan motor bukannya melambat malah memberi klakson dengan pasang muka kesal.

Tadi sore anak kami Vikra cerita kalau suatu hari dia harus menghentikan mobilnya di zebra cross di Auckland, lantaran ...... seekor kucing melenggang tenang di zebra cross tanpa ada pemiliknya! Begitu kaget dan kagumnya, sampai-sampai dia tak sempat mengabadikan peristiwa itu dengan kamera ponselnya.

Sabtu, 05 Juli 2008

Salju di Sky Tower

Belum pernah rasanya terjadi turun salju di Auckland. Tapi dengan perubahan cuaca global siapa tahu tak lama lagi bisa terjadi. Di Waikato yang di selatan Auckland sudah terjadi salju turun di Mt Te Aroha yang tingginya 800 meter di atas laut. Sebelumnya ini tak pernah terjadi.

Kalau saja tinggi Sky Tower di Auckland 3 kali lebih tinggi dari yang sekarang, penduduk Auckland bisa merasakan salju pada puncak Sky Tower, begitu kira-kira yang diungkapkan seorang analis cuaca.

Harga Hemat Makan Enak

Kita bersama tahu kondisi ekonomi di banyak negara sedang demam, lantaran meroketnya harga minyak bumi yg sudah mencapai US$ 144 per barell. Bahkan diramalkan akan menyentuh US$ 200 per barell. Di tanah air, para penerbit kartu kredit putar akal untuk tetap menarik minat pelanggannya. Salah satunya promosi di tempat-tempat makan favorit, dengan diskon ada yang mencapai mencapi 70%!

Suatu kali weekend saya jumpa famili dan anak-istrinya di Mall, rupanya dia sedang mencari tempat-tempat makan yang sedang menawarkan diskon untuk pengguna kartu kredit. Di dompetnya sendiri lengkap berderet berbagai kartu kredit yang siap dipakai buat mengejar harga hemat makan enak. Rupanya berburu makan hemat menjadi agenda rutin mingguannya. Itulah siasat jitu dimusim sulit.

Korupsi Jama'ah

Kalau anda rajin mengikuti berita tanah air akhir-akhir ini, banyak sekali pelaku korupsi yang sedang ditangkapi. Ada kasus korupsi yang melibatkan petinggi Kejaksaan Agung, juga ada para anggota DPR. Kalau gubernur, bupati dan walikota sudah berjibun menunggu sidang. Begitulah, koruspi di tanah air dilakukan secara jama'ah, ayo KPK berantas saja semua tikus-tikus yang masih berkeliaran.

Mengingat mayoritas orang Indonesia adalah muslim, maka secara probabilita pelaku korupsi pun terbesar adalah muslim. Fenomena korupsi ini seperti tak berkorelasi dengan masjid2 yang senantiasa penuh saat sholat Jumat, atau saat bulan Ramadhan. Juga seperti tak ada artinya dengan 200 ribuan orang Indonesia yang berangkat haji setiap tahunnya, belum lagi yang pergi umrah disetiap musim libur sekolah.

Jangan-jangan muslim Indonesia mayoritasnya masih hanya mementingkan menjalankan ibadah itu sendiri tanpa merasa perlu buat mengaplikasikan ajaran dalam kehidupan sehari-hari. Bisa baca Qur'an dengan tajwid dan khatam berkali-kali, tapi tak tahu maknanya, apalagi menerapkannya dalam kehidupan. Ini tantangan bagi para ulama, kualitas dakwah mereka perlu ditinjau ulang agar ke depannya gerakan hidup yang berbudi pekerti dalam bingkai nilai yang Islami bisa terwujud. Jangan lah soholat lima waktu berjalan pararel dengan korupsi yang menghisap uang rakyat. Itu zholim, namanya.

Minggu, 15 Juni 2008

Siapakah Kita?

Siapakah Kita Sehingga Berhak
Mengatakan Kamu Salah
Dan Saya Paling Benar?

Siapakah Kita Sehingga Berhak
Bilang Kamu Tidak Beriman
Dan Saya Beriman?

Siapakah Kita Sehingga Berhak
Berujar Kamu Tidak Berhak
Dan Saya Paling Berhak?

Siapakah Kita Sehingga Berhak
Katakan Kamu Akan Masuk Neraka
Dan Saya Akan Masuk Surga?

Siapakah Kita Sehingga Berhak
Berteriak Allahu Akbar
Dan Memukuli Kamu?

Siapakah Kita?

Bulan-Bulan Yang Dingin

Bulan Juni di New Zealand akan mengawali musim dingin. Di South Island akan banyak kawasan tertutup salju. Para pecinta Ski tentu senang, sedangkan kegiatan memancing di laut biasanya sepi. Kumpul-kumpul sambil BBQ juga stop dulu. Jam 5 sore sudah mulai gelap dan menjelang jam 8 pagi matahari baru menyapa. Domba-domba santai bergerombul mengudap rerumputan dengan bulunya yang gondrong sedangkan kuda diberi mantel untuk sekedar menghangatkan.

Pemanas ruangan dikeluarkan dari gudang, biaya listrik pun melonjak. Baju penghangat berlapis siap menemani kita beraktifitas menahan gigitan angin dari Kutub Selatan. Mandipun cukup sekali saja menjelang tidur, he..he. Tapi tak ada suasana Natal, tak terdengar satupun lagu-lagu Natalan di pertokoan. Inilah yang membedakan musim dingin di NZ dengan di dunia barat lainnya seperti Eropa dan Amerika Utara.

Tuhan Punya Maksud

Cukup lama juga saya tak menulis di blog ini. Sampai tadi sore anak saya Vikra mengingatkan untuk menulis lagi. Okay, menulis apa ya? O ya, hari ini Kompas menurunkan hasil surveynya yaitu siapa pilihan rakyat untuk presiden RI kalau harus memilih dari kalangan artis?

Pilihan mayoritas adalah Deddy Mizwar, kemudian Dede Yusuf (sekarang wagub Jabar) dan urutan ke tiga Rano Karno (sekarang wakil bupati Tangerang). Ada juga terselip nama Tukul diurutan kesekian. Saya jadi teringat tulisan saya di blog ini beberapa minggu yang lalu tentang hal serupa berjudul "Kabinet Artis Bersatu".

Tapi yang hebat adalah Hillary Clinton, dia mengajak pemilihnya untuk mendukung Obama untuk menyatukan suara Demokrat di AS. Tak ada dendam atau permusuhan, dengan legowo ia menawarkan perubahan atau bahkan sejarah di AS, yaitu kulit berwarna pertama yang masuk Gedung Putih sebagai presiden. Kalaupun Hillary yang mewakili Demokrat, sejarahpun akan terukir sebagai perempuan pertama di Gedung Putih itu.

Demokrat di AS pasti beda dengan Demokrat di tanah air. Yang di tanah air karena partai baru dan tidak menang mutlak di parlemen, presidennya (yang Demokrat) kelihatan kagok dan ragu-ragu dalam memerintah. Yah, sejauh ini Tuhan memberikan presiden bagi Indonesia yang tidak sempurna. Ada yang doyan perempuan, ada senang uang, ada pemimpi,
ada yang tergantung pembisik, ada yang pasangan hidupnya jadi broker, dan terakhir ini peragu.

Saya yakin, pasti Tuhan punya maksud mulia. Bayangkan kalau presiden kita integritas dan profesionalismenya seperti Lee Kuan Yew. Ekonomipun akan cepat pulih, sandang pangan cukup dan Indonesia segera menjadi negara yang kuat. Kalau ini yang terjadi, saya kuatir Indonesia akan menjadi takabur atau jumawa. Ketegangan kawasan pun bisa meningkat karena kita merasa sebagai "big brother" yang harus dihormati ala feodal.

Di 2009 kita tunggu saja, apakah presiden baru kita adalah seorang pelawak, penakut, pendengkur, atau pemalas?






Sabtu, 31 Mei 2008

Warisan Belanda

Di tanah air sedang marak demonstrasi mahasiswa di berbagai kota buat menentang naiknya harga BBM. Pemerintah berkilah, subsidi BBM bisa dialihkan membantu rakyat dengan nama BLT (bantuan langsung tunai), yaitu keluarga miskin menerima Rp 100 ribu perbulan dalam 3 bulan berturut-turut. Tak jelas benar apakah pemerintah sadar bahwa bantuan 3 bulan itu bisa menolong banyak rakyat dari biaya hidup yang mencekik pasca kenaikan harga BBM. Sebab, harga yang melambung rasanya tak akan kembali turun setelah 3 bulan ke depan. BLT seperti obat sementara, setelah itu pemerintah seperti hendak mengatakan, " usaha dong sendiri..."

Kembali ke urusan demonstrasi yang semakin militan dilakukan mahasiswa. Beberapa mahasiswa bahkan ditangkapi. Wapres JK dalam suatu acara dengan panjang lebar meminta rakyat memaklumi kenaikan harga BBM. Sayang, JK sempat keblabasan dengan menyuruh rakyat miskin yang berhak menerima BLT melawan para mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM. Itulah kalau pemerintah mulai menerapkan warisan Belanda, yaitu politik pecah belah atau adu domba (devide et impera).


Manajemen Listrik

Hari-hari ini, khususnya di Jawa dan Bali, giliran pemadaman listrik menjadi langganan sehari-hari hingga beberapa bulan atau bahkan sampai tahun depan. Apapun alasannya, jelas PLN dan pemerintah gagal memepertahankan pasokan listrik kepada konsumen.

Banyak peralatan listrik, seperti komputer dan yang lainnya menjadi rusak karena pemadaman dilakukan tanpa pemberitahuan, sehingga banyak yang tak sempat mematikannya secara benar. Pemerintah pun sedang siap-siap digugat dalam bentuk class action oleh rakyat.

Pemerintah mengakui bahwa pasokan listrik masih kurang dari kecukupan, sehingga rakyat diimbau untuk berhemat listrik. Selain itu, akibat harga BBM naik, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga minyak yang harus dihemat. Lampu-lampu di istana presiden diganti dengan lampu hemat energi, maksudnya buat memberi contoh. Tapi itu tak cukup untuk memberi maaf atas keteledoran pemerintah yang payah dalam membuat perkiraan konsumsi listrik ini. Seperti tak ada koordinasi, disatu pihak hotel, mall, apartemen, gedung perkantoran dan rumah sakit banyak berdiri (dan pasti butuh banyak listrik), sementara PLN seperti menutup mata bekerja alon-alon.

Namun saya setuju, bahwa pada dasarnya rakyat harus hemat listrik. Tapi lihatlah bagaimana rumah-rumah mewah di Jakarta bermandikan cahaya lampu sepanjang malam sampai pagi, terutama pada bagian luar atau halaman. Alasannya mungkin ada dua, pertama untuk keamanan dan kedua mungkin buat sedikit pamer. Kiranya cukuplah pencahayaan halaman rumah tanpa harus berlebihan.

Di New Zealand, semangat hemat litrik ini sangat kuat. Jarang sekali ada rumah yang halamannya bermandi cahaya sepanjang hari gelap. Biasanya gelap saja, penerangan cukup dari lampu jalan umum. Mereka umumnya memasang lampu di halaman yang dilengkapi sensor, yaitu bila ada gerakan maka lampu akan
otomatis menyala untuk beberapa saat. Ada juga lampu taman yang menggunakan tenaga surya yang banyak diimpor dari China sehingga harganya masih terjangkau.


Minggu, 25 Mei 2008

Pariwisata No 1

Dalam sebuah artikel di NZ Herald Online, analis ekonomi dari ANZ Bank mengatakan bahwa industri pariwisata sekarang menjadi penyumbang terbesar devisa NZ, setelah tahun-tahun sebelumnya lebih sering sektor industri hasil peternakan yang mendominasi.

Ya, pasar utama hasil peternakan NZ sebelumnya adalah UK sang negara leluhur, namun sejak UK bergabung ke Uni Eropa meraka harus memprioritaskan impor komoditi dari sesama negara Eropa, maka negara seperti Portugal dan Eropa Timur lah pilihan UK untuk mengimpor beberapa komoditi yang diperlukan, termasuk hasil olahan susu. Hal ini tentu membuat ekspor hasil peternakan NZ terpukul.

NZ pun buru-buru mengarahkan pandangan ke Asia sebagai pasar yang harus dibukanya. Sasaran utama adalah China, Korea dan Jepang, selain juga Australia. Bahkan dengan China, NZ sudah membuat kerjasama zero tariff, artinya membebaskan ekspor impor dari segala macam bea pajak. Maka, kalau hasil olahan ternak NZ bisa diekspor ke China secara signifikan, sebaliknya dari China masuklah produk pakaian jadi, sepatu, alat olah raga, dll. ke NZ dengan harga murah. Begitulah, produk China sekarang sudah membanjiri NZ dengan harga yang kadang "tak masuk akal" untuk ukuran produksi di NZ.

Di Indonesia susu merek Anlene dari perusahaan Fontera -- NZ, sudah dikenal dalam 5 - 10 tahun terakhir. Inilah susu pertama di Indonesia yang mengusung kandungan kalsium tinggi sehingga menggugah kesadaran untuk mencegah osteoporosis. Sayang, saya belum pernah melihat, misalnya, susu Ultra beredar di NZ. Secara umum Indonesia tampaknya belum melirik NZ sebagai potensi pasar, maklum populasinya cuma 4 juta, rasanya memang masih kurang "sexy".



Selamat Untuk Ratu dan Anton

Seminggu terakhir ini rangkaian resepsi pernikahan Ratu dan Anton terus berlangsung di Auckland. Resepsi dibagi dua, yaitu buat kenalan mereka yang warga NZ dan satu lagi untuk kenalan warga Indonesia. Acara seperti ini sangat baik untuk lebih mempererat sesama warga Indonesia atau membuat warga NZ lebih mengenal warga Indonesia.

Ratu dan Anton yang saya kenal adalah dua sosok anak muda yang menatap hidup dengan penuh rencana matang. Idenya seperti tak pernah habis untuk memulai bisnis di NZ. Mulai dari menjual alat pancing lewat internet, sampai yang sekarang mengelola kost2an khusus untuk orang Jepang yang tinggal di NZ.

Ratu, yang tinggal dengan keluarga di Auckland sebagai permanent residence, lulus dari fakultas matematika di Auckland University, dan masih sempat meluangkan waktu memberi les privat buat anak kami, Vikra, dan beberapa temannya yang lain. Anton sendiri datang ke Auckland untuk kuliah, namun selama masa kuliah naluri bisnis sudah menggodanya. Sampai pada perjumpaan dengan Ratu yang membuat mereka pada akhirnya berikrar untuk berkomitmen sebagai pasangan hidup, dan untuk itu Anton pun secara ikhlas menjadi mu'alaf.

Begitulah, setiap jaman punya caranya sendiri buat menatap hidup ke depan. Selamat menempuh hidup baru sampai maut memisahkan kalian.

Selasa, 20 Mei 2008

Satu Indonesia Radio Program

Mendengarkan siaran tunda Satu Indonesia edisi 17 Mei 2008 melalui website www.satuindonesia.co.nz, dengan penyiar Aga dan Opi, benar-benar menghanyutkan saya karena pada edisi siaran ini mengusung tema "Tribute to Chrisye". Selain karena lagu-lagu lama Chrisye yang begitu banyak mengandung kenangan, juga secara keseluruhan siarannya semakin apik untuk ukuran radio komunitas. Penyiarnya sudah sangat relax dan bicaranya mengalir lancar.

Awalnya adalah inisiatif Bapak M yang membujuk saya dan istri untuk membuat siaran radio di th 2004. Setelah kami pelajari masyarakat Indonesia di Auckland, ahirnya kami setuju untuk membantu membuat siaran radio untuk warga Indonesia di AKL, dengan syarat keberadaan siaran radio ini harus membawa manfaat banyak buat masyarakat Indonesia di AKL dari sisi hiburan dan informasi.

Ahirnya kami mengajak beberapa pihak untuk juga woro-woro menghidupkan ide ini. Ada bapak 2D dan ada rekan muda sdr/i A dan H. Lalu ada juga pemeriah siaran sdr R. Pendukung yang juga tak kalah penting adalah Ibu E yang menyediakan rumahnya untuk rapat awal dengan teman-teman muda, termasuk dukungan dari Bapak A dan Ibu S. Biaya sewa studio merupakan inisiatif dari para pengelola inti. Alhamdulillah, beberapa pihak membantu lewat pemasangan iklan, ada Garuda Indonesia, Biyanti Pontoh dari Travel Biro Planet Earth, Property Consultant James Wisnu dari Ray White, Ari Katamat dari Swan Pharmacy juga Corona Charcoal.

Siaran pertama dimulai 2004 November, di studio hadir wakil dari KBRI Wellington (Pak Dubes kebetulan ada agenda lain, tapi sambutannya untuk pembukaan siaran ini sudah direkam terlebih dahulu), kemudian beberapa warga Indonesia lainnya. Meriah sekali, lengkap dengan pemotongan nasi tumpeng. Peresmian ini diliput oleh program acara aktifitas imigran Asia di TV One NZ.

Istri yang bekas penyiar "terpaksa" menjadi penyiar utama karena SDM belum ada sama sekali. Saya sebagai producer, music director sekaligus program director. bahkan kadang-kadang mengisi siaran sebagai Pak Harkomo. Secara bertahap A dan H diberi kepercayaan untuk menjadi operator dan penyiar.

Setelah satu tahun, pengelola inti diserah terimakan kepada teman-teman muda yang dimotori oleh A, H, T, G dan banyak lagi. Untuk menjembatani teman muda dengan warga senior, bapak J sangat tepat duduk sebagai chairman. Begitulah, pengelola inti awal cukup hanya satu tahun bekerja, sampai roda siaran bisa berjalan dengan lancar dan alih pengetahuan sudah cukup kepada teman-teman muda. Dan, sekarang siaran radio ini sedang menuju ke usia yang ke 4.

Bila anda ingin mengetahui apa dan bagaimana informasi orang Indonesia Auckland, silakan mendengarkan setiap Sabtu jam 16.40 s/d 17.50 di 104.6 FM atau simak rekamannya lewat website www.satuindonesia.co.nz


Pindah Kerja

Usia 15 tahun remaja di NZ secara resmi boleh bekerja paruh waktu. Jumlah jam kerjanya sedemikian rupa tak boleh mengganggu waktu untuk belajar di rumah. Khusus weekend mereka bisa bekerja lebih lama. Umumnya mereka bekerja di fast food restaurant, supermarket dan toko-toko. Bagi mereka, ini lumayan buat menambah uang jajan, tapi dari kacamata orang tua, hal ini mendidik anak-anak menghargai bagaimana uang diperoleh secara halal. Bayaran per jam nya berkisar dari 10 sampai 15 $NZ belum dipotong pajak. Jadi, anak-anak remaja ini sudah menjadi pembayar pajak ke negara, untuk itu harus mendaftar dulu kantor pajak guna mendapatkan "NPWP" nya (disebut IRD Number).

Anak kami Vikra, sebelumnya bekerja di fast food KFC sekitar 10 - 15 jam seminggu. Lokasinya dekat rumah, sehingga bisa jalan kaki 5 menit. Pekerjaannya mulai dari menerima order, membuatkan burger, memasak kentang goreng, memindahkan ayam goreng ke dalam tray, sampai membersihkan toko sebelum tutup.

Setelah lebih dari 1 tahun bekerja, kini Vikra pindah kerja menjadi interviewer konsumen melalui telepon. Perusahaan survey tempat ia kerja ini fokus pada jasa riset untuk kepentingan sebuah brand. Dibanding kerja di KFC yang mengharuskan banyak jalan dan berdiri, ditempat kerja barunya justru harus selalu duduk karena interview ia lakukan dengan telepon dan di depan komputer.

Meskipun bayaran per jamnya lebih besar dari KFC, tapi musuh pekerjaan ini adalah penat dan bosan karena harus selalu duduk sehingga kurang bergerak. Yah, selalu ada positif dan negatif dalam bekerja.

Satu Lagi Orang Baik Pergi...

Dari berita di tanah air kita semua tahu Sophan Sophiaan telah berpulang dalam suatu kecelakaan di jalan raya. Aktor yang kemudian bergelut di dunia politik dan kemudian mengundurkan diri ini salah satu manusia Indonesia yang teguh pada prinsip. Setelah tak tahan melihat kemunafikan dunia politik, termasuk dilakukan teman-temannya satu partai di DPR, ia putuskan untuk mundur.

Sementara kita tahu, hingga hari ini banyak anggota DPR sedang antri untuk disidik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Selamat jalan bung.

Kamis, 15 Mei 2008

Disetiap Kesusahan Ada Kemudahan

Bagi yang tetap optimis dengan masa depan bangsa Indonesia, kesulitan ekonomi yang sangat serius kali ini tetap dianggap hanya sebuah proses menuju Indonesia yang gilang gemilang gemah ripah loh jinawi. Dilihat dari teori pendulum juga demikian, setelah berayun kekiri mata pendulum kemudian akan berayun ke kanan.

Sikap optimisme di atas mudah-mudahan bukan cuma sikap para elitis di tanah air, karena biar bagaimanapun anak-anak miskin harus makan dan tercukupi gizinya. Para orang tua yang renta harus tetap dihormati dengan diberikan nutrisi dan program kesehatan yang memadai. Orang kebanyakan tetap harus naik bus yang ongkosnya pasti bakal meningkat. Dan ini diperlukan sekarang, detik ini juga.

Kelihatannya perlu ada orang-orang yang mampu menjembatani antara rasa optimisme di atas (yang entah kapan akan terwuhud) dengan pencarian solusi jangka pendek yang sesegera mungkin. Karena nyawa manusia, biarpun ia miskin, tetaplah tak ternilai harganya. Dan, ia adalah saudara kita sesama anak bangsa.

Minggu, 11 Mei 2008

Kabinet Artis Bersatu

Sekarang baru tercatat nama-nama seperti Sophan Sophiaan, Dede Yusuf, Rano Karno, Ajie Massaid, Angelina Sondakh, Nurul Arifin, Wanda Hamidah, Helmi Yahya, Tantowi Yahya, Rieke Diah Pitaloka (si Oneng), Titik Puspa, Qomar, Miing Bagito, Sys NS, Marissa Haque, Anwar Fuadi, dll, deretan artis yang terjun ke dunia politik. Ada yang sudah menjadi anggota parlemen, ketua partai, wakil bupati dan ada juga yang mencapai wakil gubernur. Kalau dulu, artis cuma dimanfaatkan buat pemeriah kampanye, sekarang artis tampaknya yang memanfaatkan politik.

Bayangkan kalau di pemilu 2014 nanti, setelah sebagian besar artis terjun lebih dalam ke panggung politik, diperkirakan akan tercipta suatu kabinet yang didominasi para artis sehingga disebut Kabinet Artis Bersatu. Presidennya Tukul dan Wapres nya Gogon Srimulat, semata karena memang sangat populer. Mentri Pemberdayaan Perempuan Titik Puspa (yang teruji sangat berdaya hingga usianya yg ke 70 ini). Mentri Perumahan Rakyat Ikang Fawzi (yang saat ini menggeluti bisnis property), Menlu Tora Sudiro (laki-laki cerewet berarti jago diplomasinya), Menhankam Didi Petet (tenang dan tidak emosi jadi tdk gampang mengusulkan perang), Mendagri Djodjon (tetap dengan kostum celananya yang khas, agar semua aparat pemda berkostum sama sehingga lebih 'friendly' dibanding kostum sekarang yang bergaya militer), Menkeu Helmi Yahya (master akuntan lulusan Amerika), Menkominfo Tantowi Yahya (sebagai MC kelas atas saat ini), Menteri Agama Qomar, Menbudpar Dian Sastro (karena wajahnya yang khas Indonesia, sehingga kalau dia sedang berpromosi Indonesia di manca negara, diharapkan calon turis mau melancong ke Indonesia melihat yang lebih cantik dari Dian Sastro), Memperindag Luna Maya (sekarang sudah jadi pengusaha distro, sehingga minimal paham soal untung rugi), Jaksa Agung Roy Marten (sudah tau rasanya ditangkap, disidik, dituntut dan dipenjara), Mentri Pendidikan Cinta Laura (lulusan sekolah bahasa Indonesia di Australia), ah siapa lagi ya? Mungkin ada usulan dari anda?

Sedekah Bensin

Harga minyak dunia terus naik, ini membuat banyak negara terpaksa menaikkan harga BBM nya. Berita di tanah air hari ini menyatakan bahwa pemerintah berencana menaikkan harga BBM akhir Mei ini. Kondisi serupa tak terkecuali di NZ, apalagi negeri ini tidak punya sumber minyak bumi, sehingga harga benar-benar harga pasar dunia yang berlaku. Dewasa ini 1 liter bensin sudah merangkak ke arah $2, atau sekitar Rp 14 ribu an.

Anak kami, Vikra, terpaksa mengurangi pemakaian mobil. Tapi masuk ke musim dingin mobil memang menjadi sarana mobilitas yang penting. Apalagi saat weekend, ketika jumlah bus umum beropertasi tidak 100 %, sehingga kalau hari biasa bus akan datang katakanlah setiap 5 menit, saat weekend akan datang setiap 10 - 15 menit bahkan ada yang 20 menit.

Namanya anak muda, weekend biasanya banyak acara bersama teman-temannya. Vikra pun dengan senang hati menggunakan mobilnya untuk menjemput sana-sini, dengan catatan teman-temannya itu dikenakan sedekah bensin secara sukarela. Kalau di tanah air sebetulnya ini tak beda dengan operasi mobil omprengan ya?

Ayo Jessica!

Saat-saat ini di Jakarta akan berlangsung kejuaraan bulutangkis Uber Cup dan Thomas Cup. Salah satu peserta adalah New Zealan, yang mana pernah dua kali menjadi tuan rumah kejuaraan bulutangkis beregu yang sangat populer di Indonesia.

Salah satu pemain tunggal putri NZ adalah remaja asal Indonesia, Jessica. Ia adalah anak pasangan Haryono dan Lingga. Begitulah di NZ seorang pemegang status PR disamakan hak dan fasilitasnya dengan warga negara, kecuali ia tidak bisa dipilih menjadi anggota parlemen.

Keluarga Haryono yang tinggal di Kelapa Gading kami kenal sejak 2003 yang lalu, ketika kami banyak berkonsultasi tentang syarat dan prosedur pengajuan permanent resident ke NZ. Bahkan dengan bantuan keluarga inilah, kami akhirnya berhasil memperoleh PR di NZ.

Ketika baru masuk Westlake Girl High School, Jessica sudah mengukir prestasi bulutangkis dengan menjuarai kelompok umur se NZ. Namanya sempat terpampang di papan (semacam billboard) sekolahnya lengkap dengan gelar juara yang baru diraihnya, sebagai rasa bangga sekolah terhadap muridnya yang berprestasi.

Ayo Jessica, mumpung masih muda ukir prestasimu semaksimal mungkin!

Sabtu, 03 Mei 2008

Demokrasi Keluarga

Tulisan kali ini sebenarnya masalah domestik keluarga. Dimulai 2007 Juni/Juli, ketika istri dan anak bungsu, Hakim, mengunjungi kakaknya di Auckland. Sepulang dari Auckland, Hakim berpendapat bahwa keluarga ini harusnya berkumpul jadi satu seperti layaknya keluarga lain, apalagi si Hakim ini merasa sangat dekat dengan abangnya, Vikra. Aspirasi si kecil kami bahas sampai menghasilkan suatu niat untuk bersiap kembali tinggal sekeluarga di Auckland. Selain kakak-adik dipertemukan, juga saya dan istri merasa lebih tenang bisa berdekatan dengan anak kami yang masih remaja di Auckland.

Setelah berpikir cukup dan diskusi suami istri yang intens, ahirnya diputuskan 2008 ini keluarga Dangbayan back to Auckland. Perkiraannya, saya kembali pertengahan tahun, kemudian disusul istri dan Hakim pada ahir tahun 2008. Untuk persiapan itu, saya kemudian mengajukan pengunduran diri dari perusahaan yang telah dibangun selama 17 tahun bersama partner yang lain. Per Januari 2008 pun saya sudah efektif non aktif / mundur dari perusahaan.

Namun belajar dari pengalaman sebelumnya, dimana keputusan untuk menetap sementara di Auckland boleh dikata tidak kami diskusikan dalam arti oleh seluruh anggota keluarga, maka kali ini untuk mencoba bersikap lebih demokratis, digelar lah rapat keluarga antara saya, istri, Vikra dan Hakim, dengan topik kepindahan keluarga Dangbayan ke Auckland. Dalam rapat ini semua anggota keluarga punya hak suara yang sama. Rapat dimulai dengan penjelasan dan latar belakang rencana ini cukup panjang lebar. Ibunya anak-anak wanti-wanti bahwa apapun keputusan rapat ini akan bersifat mengikat sehingga semua harus menerima dan mendukung keputusan rapat yang disepakati bersama. Jangan dikemudian hari berkeluh kesah, karena memang hidup di NZ tentu tidak sama dengan di Indonesia.

Ketika Vikra diberi kesempatan untuk berkomentar, ternyata isinya diluar dugaan kami. Baginya, kalau kepindahan ini hanya lantaran mau mendampingi dia, sebaiknya tidak perlu dilakukan. Karena sudah 2 tahun dia bisa membuktikan mampu hidup di Auckland tanpa didampingi bapak - ibunya. Apalagi, tambahnya, masih ada nenek yang membutuhkan kehadiran Ibu di Jakarta ini. Kami sebagai orangtuanya sempat tertegun mendengarkan komentar anak usia 16 tahun jalan ke 17 ini.

Singkat kata, Vikra tidak meminta keluarganya pindah, kalaupun bisa itu akan dirasakannya sebagai bonus. Sedangkan Hakim, karena usianya yang masih kecil, memilih untuk tetap bersama bapak dan ibu. Pun ketika Vikra ditanyakan untuk pindah kembali ke Jakarta, agar bisa bersatu dengan adiknya yang memang sangat sayang kepada si abang, dengan kalem kakaknya menolak. Alasan utamanya karena sekolahnya sudah "nanggung", setahun lagi insha Allah masuk uni. Alhasil, keluarga Dangbayan ahirnya memutuskan secara aklamasi menunda kepindahan sekeluarga ke Auckland sampai waktu yang tidak ditentukan.

Ketika menyampaikan penundaan kepindahan ini, baik neneknya anak-anak dari istri atapun saya sama-sama memeluk erat seolah mensukuri keputusan keluarga Dangbayan.

Kamis, 01 Mei 2008

Lebih Banyak Lagi

Saya temukan di halaman komentar NZ Herald online di bawah ini yg ditulis oleh orang Indonesia yang tinggal di North Shore, Auckland. Lalu komentar tersebut mendapat tanggapan dari warga lainnya. Dari isi komentar dan tanggapan terasa bahwa kesulitan ekonomi bukan hanya milik Indonesia saat ini. Terlepas dari isinya, hemat saya makin banyak orang Indonesia yang tinggal di NZ menunjukkan eksistensinya adalah makin baik, selain supaya Indonesia lebih dikenal juga menunjukkan kepedulian sebagai bagian dari penduduk NZ.

prihatiningsih (North Shore) Dr Alan Bollard needs to see the whole picture. It is right that your job is to control inflation. But will you sacrifice the national economy just for your reputation. Your policy is good only for the rich, they can deposit their surplus money in the bank and get high interest, but most of the people still have mortgage and they are dying to repay to the bank. Don't let the economy wheel totally stop, it is very difficult to roll it again. It is like when you are pushing a car, when it is totally stop it is very difficult to push it, but when it is still moving a bit, you still have the momentum to make it moving. Is USA's example is not enough for you. Dr Bollard please don't bring NZ economy into recession.

Gandalf (St Heliers) Prehatingingse, your comments about the difficulty getting the economy rolling again etc is brilliant and spot on. Bollard does however have to first aggressively tame inflation to just within 3% or you get a bad stagflation. I think now the housing sector is slowing he's done this, but he has to then rapidly and forcefully drop interest rates and given all the looming deflationary pressure that may not be too far away. It's a balancing act. On one side stagflation with lots of inflation, on the other a bad deflationary recession. But he has room to move and there is a lot in NZ's favour.

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?

Terbetik berita, Adjie Notonegoro baru saja memamerkan rancangan busananya di Wellington dan Auckland, utamanya membawa desain-desan berbahan batik. Tak kurang dari menteri ethic NZ berkomentar, bahwa batik Indonesia yang paling tinggi mutunya dibanding batik dari negara lain. Pagelaran Adjie di NZ adalah negara ke dua setelah Filipina, dari rencana total 45 negara yang ia akan kunjungi. Pagelaran ini merupakan prakarsa deplu dan beberapa pihak lain di Indonesia.

Sekarang ini dimana-mana batik dengan desain yang lebih kontemporer dijajakan mulai dari kelas butik di Kemang sampai di berbagai ITC yang harganya jauh lebih miring. Ya, batik sudah lebih 'naik kelas' dibanding waktu-waktu lalu. Rancangan-rancangan kontemporer ini bisa digunakan untuk aktifitas sehari-hari di kantor, baik formil ataupun smart casual. Di beberapa BUMN bahkan setiap Jumat mewajibkan karyawannya memakai batik (kalau dulu batiknya harus batik KORPRI yang bergambar beringin).

Saya pribadi bangga melihat perkembangan ini. Masak harus Nelson Mandela yang mempopulerkan batik?


Rabu, 23 April 2008

Makin Kukuh

Baru saja terbetik berita PM NZ, Helen Clark, mendapatkan penghargaan sebagai salah satu tokoh dunia yang secara signifikan membantu pemecahan masalah global warming. Penghargaan yang diberikan oleh PBB itu diberikan kepada Helen Clark karena komitmennya buat menjadikan NZ sebagai negara yang menggunakan 90% kebutuhan energinya dengan energi terbarukan di thn 2025.

Penghargaan buat PM NZ ini tentu saja makin mengukuhkan NZ sebagai salah satu negara di dunia yang paling peduli dengan masalah lingkungan. Sementara di tanah air, kita masih berkutat dengan masalah-masalah perlawanan terhadap elite politik yang dengan seenaknya mengalihkan alih fungsi hutan lindung menjadi berbagai proyek yang sarat dengan uang siluman.

Jangan salahkan alam atau bahkan Tuhan, kalau berbagai bencana menjadi akrab dengan bangsa Indonesia.

Sabtu, 19 April 2008

Arti Jalan Mulus

Tertarik saya mendengar pernyataan ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, di TV dalam sebuah acara talk show, bahwa ada hipotesa "semakain banyak jalan yang hancur di sebuah negara berarti menggambarkan semakin besar tingkat korupsinya dan tentu berlaku sebaliknya".

Di NZ saya cukup frustrasi mencari jalan publik yang rusak dan sebaliknya di tanah air. Mudah-mudahan aparat yang memakan uang rakyat yang seharusnya digunakan penuh buat memperbaiki jalan, diberikan balasan yang setimpal oleh Tuhan. Amin.

Kamis, 10 April 2008

Selamat Jalan Alistair

Baru saja SMS masuk, tertulis kabar Alistair Tait, suami dari Irena Tait, meninggal dunia jam 12.20 siang waktu AKL. Terus terang tidak banyak yang saya kenal dari beliau, selain senyumnya yang selalu mengembang. Perkenalan pertama saya dengan beliau ketika kami sedang sibuk menyiapkan acara untuk masyarakat Indonesia di Auckland, beliau dengan ringan tangan membantu kami yang sedang kerepotan memasang spanduk. Dengan badan yang ekstra tinggi, tentu uluran tangannya jadi sangat berarti.

Tahun lalu kami berkesempatan untuk makan malam bersama ketika mereka sedang berkunjung ke Jakarta. Sebagai "tukang insinyur", rupanya saat itu beliau sedang mengerjakan suatu proyek pembangunan di Sumatera. Bahkan dulu, ia sempat lama tinggal di Jakarta ketika tempatnya bekerja masih beroperasi di Indonesia. Dalam perjalanan sepulang makan malam itu, ia menunjukkan tanda-tanda masih mengenal kota Jakarta dengan menyebut jalan-jalan utama. Bahkan ia masih ingat restoran Jepang tertua di Jakarta yang ada di kawasan Cikini (maksudnya Kikugawa). Pertemuan makan malam itu serasa baru kemarin saja, dan saat itu beliau tampak masih sehat dan gagah dengan rasa humornya yang khas.

Selamat jalan Alistair, selamat kembali ke yang empunya kehidupan ini.

Rabu, 09 April 2008

RIP: Ellaine

Saya kaget sekali mendengar dari Vikra anak kami, tetangga di belakang rumah di AKL, Ellaine - usia diatas 80 tahun, meninggal dunia sekitar hari paskah yang lalu. Ia tetangga kami yang luar biasa. Hidup sendiri diusia senja tak membuatnya kesulitan. Hampir setiap pagi ia usahakan untuk bisa keluar rumah berjalan-jalan dengan tongkatnya. Ia begitu ramah dan seringkali mengundang saya dan istri dan anak-anak mampir ke rumahnya sekedar buat minum teh bersama sambil ngobrol macam-macam (pengaruh budaya Inggris, dimana minum teh menjadi semacam ritual tersendiri).

Sebagai bekas guru disebuah SD Takapuna, tampak sekali ketegasan diantara kelembutannya. Ia bisa bercerita tentang masa lalu di daerah tinggal kami dengan semangat, karena Ellaine memang orang lama di Takapuna, suburb di mana kami tinggal.

Selamat jalan Ellaine, kami kehilangan seorang 'ibu' di rantau. Semoga Allah memberinya tempat yang layak. Amin.

Keasyikan Main Gaple

Akhir-akhir ini di tanah air upaya perlawanan sebagian masyarakat Indonesia tentang rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sedang gencar dilakukan. Lokasi yang dipilih pemerintah di kaki Gunung Muria dekat Jepara, Jawa Tengah. Kita memang serba salah, ketika minyak bumi semakin mahal dan pasokan batubara masih tergantung cuaca dalam jalur logistiknya, maka pemerintah dan DPR kemudian cepat-cepat memilih nuklir sebagai alternatif (tertuang dalam UU).

Padahal gas kita masih melimpah ruah dan tanaman jarak serta kelapa sawit untuk bahan bio-diesel belum terlalu diexplore maksimal. Mungkin para elite politik tak mau kalah gengsi dengan negara dunia ketiga lain yang sudah mengunakan teknologi nuklir. Sebut saja yang terakhir sedang ramai, Iran.

Sementara masyarakat yang menentang, seperti salah satunya Gus Dur, kuatir kalau PLTN jadi diimplementasi di Indonesia. Kekuatirannya terutama pada 'attitude' dan 'habit' orang Indonesia yang kerap sembrono dan tidak disiplin, apalagi ini menyangkut teknologi tinggi yang super sensitif. Trauma seperti tragedi Chernobyl terbayang di depan mata. Lha wong Russia yang sudah maju saja masih bisa 'kecolongan', bagaimana dengan Indonesia? Baru-baru ini salah satu direktur PLN dipecat oleh pemerintah lantaran dianggap teledor mengelola jaringan listrik Jawa-Bali, sehingga sempat black out beberapa kali.

Rasanya tidak lucu kan kalau 'mal-function' reaktor terjadi hanya gara-gara operator yang sedang bertugas ramai2 keasyikan main gaple supaya tidak ngantuk. Itu namanya mengelola teknologi canggih (sekaligus berbahaya) ala ronda kampung atau siskamling.

New Zealand sementara ini masih tegas menolak PLTN. Mereka masih memilih bendungan air, angin dan batubara sebagai sumber energi penggerak utama mesin pembangkit tenaga listriknya. NZ dan Indonesia sebagai negara yang punya garis pantai bisa juga melirik tenaga ombak sebagai alternatif energi yang tak habis-habis.

Minggu, 06 April 2008

Masih dari Cerita Nonton AAC

Tersebutlah seorang teman kita dari Auckland (AKL) yang sedang di Indonesia mencari-cari kesempatan buat menonton AAC di bioskop. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya ia menemukan jam yang cocok di malam hari. Tak ambil pusing, ia pilih menonton di studio khusus yang penontonnya terbatas dengan harga tiket 100 ribu rupiah.

Ketika sudah di dalam, celingak-celinguk, kok orang-orang menonton berpasangan ya? Kursinya memang khusus untuk sepasang-sepasang. Hmmm, rupanya orang pacarannya di sini toh? pikirnya. Dia lirik lagi ke sebelah, hmmm, kok pada pakai selimut ya? Memang dengan kursi ala 'lazy boy' yang bisa sedikit direbahkan itu, selimut jadi penting. Maka, dia rogoh-rogoh samping kursi, nah ternyata memang selimut merupakan fasilitas standar.

Menjelang film mulai, para waiter lalu lalang membawakan makanan di nampan buat penonton. Hmmm, teman kita ini lalu berpikir, gile juga, dengan tiket 100 ribu rupiah kita dapat kursi enak, selimut dan makanan. Huebat tenan...

Tapi 5 menit... 10 menit..., tak ada waiter yang mengantarkan kudapan padanya. Sampai akhirnya ia tersadar rupanya harga tiket belum termasuk makanan. Hampir saja tadi dia kegirangan kalau memang akan dapat jatah makanan. Tentu akan panjang ceritanya nanti ketika sudah sampai ke AKL.


SBY Pun Menangis

Geger Film AAC (Ayat-Ayat Cinta) belum berhenti. Rekor penonton sudah mencapai sekitar 3,5 juta. Terakhir, giliran Presiden SBY dan rombongan menonton. Setelahnya SBY mengaku ia mengusapkan air mata berkali-kali sepanjang menonton AAC.

Keesokan harinya, beberapa media mempertanyakan apakah buat korban lumpur Lapindo beliau juga menangis? Atau, apakah ia meratap ketika menyaksikan antrean panjang rakyat menunggu pembelian minyak tanah dan gas? Apakah dia tersedu mendengar berita gizi buruk di santero tanah air yang mengakibatkan rakyat kembali makan nasi aking?

Itulah kalau urusan air mata di politik kan.

Aksi FBI

Anak kami, Vikra, yang masih sekolah di Auckland, punya pengalaman menarik ketika mulai sekolah di Takapuna Grammar School tahun 2004 (kalau di tanah air setingkat SLTA). Karena matanya yang terlihat sipit, teman-teman barunya mengira ia seorang Korea. Apalagi ketika baru masuk, ia "dibawa" temannya yang Korea untuk diperkenalkan ke teman-temannya.

Lala-lama tentu saja ketahuan kalau dia bukan orang Korea. Apalagi belakangan dia diketahui sebagai muslim, makanya lalu Vikra pun dekat bermain dengan teman-teman muslim asal Iraq (di NZ lumayan banyak warga Iraq yang lari dari negaranya karena tidak cocok dengan Saddam Husein). Maka, diantara orang Iraq yang hidungnya bangir dan berbadan besar, terselip seorang anak dengan wajah "Korea" yang badannya lebih kecil.

Namun berjalannya waktu, sekarang dia sudah bermain dengan siapa saja. Bahkan kelompok "film" nya sangat multi etnik, ada yang dari Iraq, Serbia dan Kiwi. Begitulah pergaulan anak muda, akan mencair dengan sendirinya. Dalam situs pribadinya, Vikra sendiri menyebut dirinya sebagai Full Blood Indonesian (FBI).

Maka, bukan tidak mungkin mereka saling mengenal budaya asli masing-masing temannya. Suatu kali, neneknya Vikra mengirimkan CD berisi musik-musik "Degung", yaitu musik tradisional Sunda, daerah asal orang tuanya Vikra. Ketika Vikra sedang mengajak teman-temannya yang sebagian non Indonesia dia memasang musik Degung itu di mobil. Tentu saja anak-anak muda yang sudah lama dibesarkan di NZ ini terheran-heran ketika mendengar musik Degung ini. "What the f**k music is this?" kata salah seorang temannya.

Minggu, 30 Maret 2008

Tugas Ilmuwan

Persis hari Sabtu kemarin, seorang kawan kuliah saya menelfon. Salah satu pembicaraannya menyinggung rencana dia tahun ini untuk menjadi dosen tamu di Victoria University, Wellington, NZ. Sebagai seorang kriminolog yang sering mengajar di sekolah kepolisian, selain di almamaternya - UI, ia memang menjadi ilmuwan yang selalu harus mengikuti perkembangan dunia kriminalitas, khususnya dalam konteks kehidupan sosial. Dia kerap mengutarakan pemikirannya dalam artikel-artikel di harian terkemuka di tanah air.

Lalu saya sampaikan bahwa di NZ kita tidak boleh menyakiti orang lain dengan memukul, apalagi sampai melukai, termasuk kepada perampok yang sedang menyatroni rumah kita dan kepergok oleh kita. Dia kaget mendengarnya, sambil mengatakan bahwa hal seperti itu menarik untuk dituliskan dalam buku atau artikel di media. Mungkin dalam pikirannya, bagaimana kalau peraturan seperti itu diundangkan di tanah air. Mungkin akan terjadi dialog antara perampok dengan si empunya rumah yang dirampok, sbb:

"Lho mas, cari siapa ya?" kata yg dirampok

"Oh maaf pak, saya lagi mau memindahkan TV dan komputer bapak ke mobil saya di depan," jawab yang merampok.

"Ok..ok, please lho, jangan sungkan, aku telepon polisi dulu ya mas," kata yang dirampok lagi.

Ah, kalau begini caranya, acara Sergap, Buser, Patroli di TV2 itu akan ditutup siarannya.

Kemusnahan Manusia

Ada yang bilang volume kandungan air di bumi ini dari dulu tidak berkurang, yaitu total yang ada di laut ditambah danau, sungai, es salju, dll, selama itu bersifat cair, dari dulu sampai sekarang jumlah volumenya tetap. Misalnya begini, kalaupun danau airnya menyusut karena menguap lalu jadi awan dan menjadi air hujan yang turun di atas laut, tidak berarti jumlah volume air berkurang, cuma tempatnya pindah dari danau ke laut.

Kalau ya, ironis sekali ketika saya membaca berita bahwa 2,6 milyar penduduk dunia tidak memperoleh akses air bersih. Air di bumi tidak berkurang tapi lebih dari setengah penduduk bumi belum bisa menikmati air bersih.

Di Indonesia setiap hari 5000 anak balita sakit karena diare dan 300 ribu anak setiap tahun menderita penyakit akibat buruknya sanitasi dan air bersih. Di Jakarta, tanahnya turun 0,8 cm pertahun gara-gara air tanahnya disedot habis-habisan buat mencukupi kebutuhan air bersih, karena pemerintah tak mampu memberikan air bersih ke rumah-rumah, hotel, apartemen, perkantoran, dll.

Dulu, Arab Saudi pernah memotong sebuah gunung es di kutub selatan lalu ditarik ke negeri padang pasir itu guna menyuplai kebutuhan air tawar. Tahun lalu ada bongkahan bukit es yang besar terlepas dari kutub selatan dan mengambang ke samudera pasifik dengan melintasi perairan dekat New Zealand. Tahun ini, terjadi lagi guguran es di kutub selatan seluas 6 kali wilayah Manhattan, NY, akibat mencair terkena dampak pemanasan suhu bumi.

Jargon 'global warming' relevan juga kalau diplesetkan menjadi 'global warning', yaitu peringatan kepada seluruh ummat, bahwa Tuhan akan menurunkan pelajaran bagi kita yang tak mau memelihara 'pinjamanNya' ini.

Saya kok berfirasat, kemusnahan ummat manusia ini nanti akan terjadi lebih cepat dari hari kiamat akibat ulah manusia sendiri. Sampai-sampai dalam pikiran imajiner saya, Tuhan bekata, "Lho, belum Aku kiamatkan kok sudah menghancurkan diri sendiri....?"

Jumat, 21 Maret 2008

Polah Saudara

Rupanya sejak lama saudara serumpun Malaysia memendam perasaan risih sbg 'litte brother' dalam konteks hubungan dengan Indonesia. Awalnya guru dan dosen impor dari Indonesia. Orang2 Petronas belajar ke Pertamina. Film dan Musik impor dari Indonesia. Ketika kita sudah punya Bandara Soekarno Hatta mereka cuma ada bandara Subang yang sangat sederhana, dst.

Dulu saat Bung Karno berseru 'Ganyang Malaysia' tentu bikin mereka 'keder' juga, maklum angkatan perangnya belum siap, shg rekan2 negara persemakmuran lah yg membelanya (termasuk NZ).

Kini, melihat sang 'big brother' sedang pusing mengurus urusan domestik, Malaysia yang secara ekonomi lebih stabil terasa jauh lebih maju. Sekarang banyak anak Indonesia sekolah di Malaysia. KL yang bersolek lebih cantik menjadi destinasi liburan orang Indonesia selain ke Singapura. Beberapa musik Malaysia gantian masuk ke Indonesia. Sampai di sini sebetulnya tak ada masalah serius. Malah ada rasa kagum pada saudara serumpun ini.

Persoalan muncul karena secara akumulasi sepertinya mulai merugikan kita. TKI kita (legal & ilegal) yang mengadu nasib di Malaysia sudah sekitar 1 juta, sering mendapat perlakuan tak sepadan dari juragannya. Ketika tim badminton bertanding di Malaysia, kelihatan sekali mereka selalu mendukung tim lawan Indonesia walau saat itu tidak sedang melawan Malaysia (mungkin mereka masih sakit hati saat Indonesia pertama kali merebut piala Thomas dari Malaysia di th 50an). Kita kalah dalam perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan lewat keputusan Mahkamah Internasional. Pembalakan hutan di Kalimantan ternyata banyak dilakukan cukong Malaysia. Isu penggeseran patok batas negara di hutan2 Kalimantan oleh Malaysia. Belum lagi bandar narkoba dan mafia pemalsuan kartu kredit terbesar sepanjang sejarah Indonesia ternyata dilakukan oknum negri jiran ini. Tak puas dgn itu, lagu Rasa Sayange pun diakui sbg milik Malaysia. Dan, yang paling parah warga Indonesia di perbatasan Kalimantan direkrut menjadi Askar Wathaniah, buat menjaga perbatasan. Ini gila, penjaga perbatasan Malaysia dilakukan oleh pemuda Indonesia agar ketika tentara kita mengejar para pembalak hutan sampai perbatasan sana akan berhadapan dengan saudara sebangsa sendiri.

Memang beberapa fakta di atas adalah buah dari kesalahan kita sendiri.

Tapi kalau kita amati lebih dalam lagi, di Malaysia saat ini sedang terjadi arus kekuatan demokrasi. Pertama kalinya Barisan Nasional kalah telak dari oposisi dalam pemilu baru2 ini. Ada kekuatiran dari partai penguasa di sana akan adanya impor demokrasi dari Indonesia. Anwar Ibrahim salah satu tokoh oposisi rajin bolak balik ke Indonesia berceramah dan sekaligus berguru pada tokoh2 demokrasi Indonesia.

Inilah barangkali alasannya, selain beberapa faktor masa lalu, penguasa di sana punya kepentingn untuk membuat orang Malaysia tidak perlu "nge fans" pada Indonesia. Mr. M malah mengatakan bahwa reformasi di Indonesia sudah kelewat batas, bukan demokrasi yang didapat tapi democrazy (ini senada dengan yg dilontarkan Mr. LKY dari Singapura).

Bagaimana hubungan Australi dengan New Zealand yang juga saudara serumpun bertetangga dekat? Walaupun ada perbedaan pandangan dalam beberapa hal, tetapi karena sama2 negara demokratis tak ada kecurigaan soal penyusupan ideologi, dst. Paling2 mereka perang urat syaraf ketika tim rugby nya saling berhadapan.





Kamis, 20 Maret 2008

Asia Phobia

Waktu kuliah dulu, di antara teman ada guyonan soal kenapa Australia selalu menempatkan Indonesia sebagai ancaman utama. Istilahnya "invasi dari utara". Bahkan memang ada dokumen pertahanan Australia yg jelas-jelas mengatakan hal itu. Nah, guyonannya adalah, orang Australi 'males' bila dijajah Indonesia karena kalau mau bikin KTP pasti jadi repot, belum lagi ada pungutan sana-sini. Benar-benar tipikal gaya birokrasi banyak negri Asia.

Di NZ, kekuatiran pengaruh jelek Asia juga tentu ada. Salah satunya, pernah ditemukan kasus penyuapan pembuatan SIM oleh jaringan warga Tiongkok yang tinggal di Auckland. Atau terjadi pembunuhan ala Triad, dimana seorang germo rumah bordil China tergeletak mati di dalam mobil yang diparkir di tempat ramai.
Hal-hal buruk dari Asia membuat banyak orang Kiwi mulai merasa terganggu.

Bila siang hari anda berjalan di kawasan teramai Auckland, Queen Street, anda akan merasa bukan berada di negri barat, tapi lebih mirip seperti di salah satu kota di negara Asia Timur, karena mayoritas yang akan kita temui adalah orang-orang berkulit kuning dengan mata yang sipit (bisa China, Korea, Taiwan atau Jepang).

Kalau kemudian ada sekelompok remaja Asia yang naik mobil dengan roda ceper, lalu memacu dengan gaya berkendara seenaknya dan mengeraskan car audionya sambil membuka kaca mobil, orang-orang Kiwi cuma bisa mengumpat dengan perkataan, "bloody Asian".


Ndableg

Saya sempat terkesima membaca suatu ayat di kitab suci Al Quran, yang artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)." (QS.30:41).

Oknum perusak nya jelas harus bertanggung jawab kepada Tuhan. Tapi negara yang melakukan pembiaran perusakan, menurut saya juga bertanggung jawab kepada Tuhan. Bahkan saya yang membuang sampah sembarangan atau sengaja membiarkan asap knalpot bocor, juga bertanggung jawab kepada Tuhan.

Bila dibandingkan dengan NZ, jelas mereka (negara ataupun bangsanya) lebih 'islami' dalam hal memperlakukan bumi ini sebagai titipan Tuhan yang harus dijaga.

Lalu, apakah segala bencana yang sering melanda bangsa ini adalah bagian dari "hukuman" Tuhan karena kita sebagai bangsa lalai menjaga bumi yang kita huni? Kalau membaca lagi ayat di atas, adanya "hukuman" itu agar kita kembali kejalan yang benar dalam memperlakukan bumi ini. Lha, kalau masih ndableg?

Kisah Dmitri

Ia sangat sederhana. Saya mengenalnya di Auckland beberapa waktu setelah badai tsunami menerjang Aceh dan Nias akhir 2004. Profesinya pelaut profesional yang dikontrak oleh Green Peace untuk membawa kapal Rainbow Warior 2 menjelajah dunia guna mengampanyekan perlindungan lingkungan hidup.

Ketika badai tsunami berlangsung ia dan kapalnya sdg merapat di Singapura, maka segeralah ia dan rombongan berangkat ke Aceh, tepatnya di daerah Calang. Dari foto2 yang ia hasilkan selama di Aceh, lalu ia ajak beberapa teman termasuk saya yg baru dikenalnya untuk mencari donatur tetap di NZ guna menyekolahi anak2 Aceh korban bencana. Sampai sekarang "yayasan" yg melibatkan 1 orang Kiwi, 1 orang Malaysia, 2 orang Indonesia dan Dmitri sendiri, masih berlangsung dan mengurusi bantuan rutin warga NZ buat anak Aceh. Jumlahnya memang tak seberapa, tapi itulah yang bisa dilakukan ditengah kesibukan masing2.

Jauh dilubuk hati saya merasa malu, kok malah orang Russia ini yang dengan semangat tinggi melakukan sesuatu untuk korban bencana di Aceh. Istrinya sendiri, Tatiana, memilih sementara tinggal di St. Petersburg. Sedangkan anaknya dari mantan istri pertama tinggal bersama ibunya dan sekolah di Auckland. Dalam sauatu kesempatan ia ajak putri remajanya ini berkenalan dengan saya dan istri. Tentu tidak mudah menjadi ayah dan suami sekaligus sebagai pelaut yang kerap lama bepergian.

Persahabatan kami masih berjalan hingga kini. Dmitri Sharomov, begitu nama lengkapnya, masih mengirimi saya email dari kapal Rainbow Warrior 2 atau dari kota di mana ia sedang merapat. Suatu kali kapalnya merapat di Jakarta sehabis berkampanye untuk penghentian exploitasi hutan tropis di Papua dan pulau2 lainnya. Ia membawakan kami kopi papua dan anak panah sebagai oleh-oleh. Hakim anak kami begitu senang saat berkunjung memasuki kapal Rainbow Warrior 2 ini, kapal kayu tua pengganti kapal Rainbow Warrior yang dulu diledakkan oleh agen Prancis di Auckland karena sering memprotes percobaan bom nuklir Prancis di Atol Maurora.

Semoga Tuhan memberi selalu kesehatan dan keselamatan buat sahabat saya ini.

Keluarga Cendana Pasti Lega

Di New Zealand saat ini sedang diwacanakan soal kewajiban test DNA bagi anak yg baru lahir, dalam bentuk undang-undang. Kalau saja itu diterapkan juga di Indonesia, keluarga Cendana tentu saat ini sudah lega mendapat kepastian apakah anak yang dilahirkan Mayangsari memang keturunan Bambang Trihatmojo atau dari ex almarhum pacar Mayangsari sebelumnya. Maklum, keluarga Cendana mempertanyakan apakah anak tersebut asli keturunan Cendana atau bukan, mengingat wajah anak itu dianggap tidak sama dengan wajah mas mBambang.

SPT

Belakangan ini di tanah air kata2 SPT sering terdengar saat ngobrol dengan teman sambil ngupi2. Maklum, 31 Maret adalah batas akhir laporan SPT Pajak, baik badan usaha atau perorangan. Saya sering melihat billboard atau spanduk di pinggir jalan yang bunyinya menghimbau supaya warga ta'at bayar pajak, karena sangat berguna untuk membangun Indonesia. Sumber RAPBN Indonesia sekitar 70% tergantung dari pajak.

Dari sekian pesan pemerintah soal bayar pajak, ada satu yang rada menggangu saya, yang kurang lebih isinya adalah rakyat disuruh ta'at bayar bajak sekaligus disuruh mengawasi penggunaannya. Ini bagaimana ya, enak sekali pemerintah atau si pemberi perintah ini. Rakyat setengah mati bayar pajak, terus belum selesai, disuruh pula mengawasi kalau2 dana pajak diselewengkan pengunaannya oleh pengguna dana pajak yg notabene pemerintah juga.

Kapan dong rakyat bekerja dan berkumpul dengan keluarga? Jangan cuma gara-gara sibuk mengawasi dana pembangunan, kita malah menelantarkan tugas pokok kita. Pemerintah seperti menunjuk hidung sendiri mengakui ketidak becusan fungsi internal kontrol nya, dan mau lempar tanggung jawab ke rakyat. Hmm, apakah kita perlu patuh bayar pajak kalau begitu?


Di NZ, urusan pajak ini rasanya lebih nyaman dalam arti kita nggak usah was-was apakah dana akan diselewengkan, dll. Karena birokratnya belum terkontaminasi sikap 'aji mumpung'.

Kamis, 13 Maret 2008

33:50 dan 33:52

Menyambung tontonan film Ayat-Ayat Cinta melayangkan pikiran saya pada ayat 33:50 dan 33:52 dalam Al Quran. Silakan Anda baca sendiri.

Mati Sia-Sia (Lagi)

Gubernur DKI, Fauzi "ahlinya" Bowo, bakal digugat sejumlah advokat lantaran jalan2 banyak yg rusak parah sepanjang musim hujan ini. Sudah puluhan orang mati sia-sia gara-gara kecelakaan akibat jalan rusak berlubang. Alasan sang "ahli", kalau perbaikan dilakukan di musim hujan percuma karena akan cepat rusak lagi.

Itulah kalau pembetulan jalan cuma dijadikan "proyek" tahunan, bukannya berpikir lebih mendasar dengan membangun drainase dipinggir jalan agar usia aspal lebih tahan lama karena terhindar dari terjangan genangan air. Padahal pajak kendaraan yg terkumpul setahunnya di DKI mencapai Rp 4,5 triliun!

Demam Ayat-Ayat Cinta

Di bioskop-bioskop di tanah air orang antri karcis panjang buat menonton film Ayat-ayat Cinta. Biarpun jalan cerita sedikit dirubah oleh sutradara dari kisah aslinya, namun itu tak mengurangi minat para penonton. Di film itu tokoh Fahri akhirnya menikah dengan dua perempuan muda yang sama2 cantik, sampai2 dia terlihat "kecapaian" punya dua istri yang sama-sama saling merebut perhatian.

Di NZ, poligami tidak diperbolehkan oleh undang-undang. Jadi istri-istri tak perlu khawatir suaminya diam-diam nikah siri seperti banyak terjadi di tanah air.

Nah, kembali ke film Ayat-Ayat Cinta, selepas menonton, saya bertanya pada Hakim anak kami, apa yang ia lakukan kalau punya dua istri seperti itu? Jawabnya, "I'm gonna sick!"

300 Juta!

Begitulah, beberapa hari lalu terbaca di koran bahwa dalam 25 tahun mendatang populasi Indonesia menjadi 300 juta jiwa. Pfuih..., terbayang seperti apa nanti Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Sekarang saja sudah padat betul rasanya. Dengan belum jelasnya pola pembangunan jangka panjang, rasanya Indonesia belum jelas akan dibawa kemana oleh para elit penguasa. Rakyat kecil tinggal mengadu nafas dengan membumbungnya harga2 kebutuhan pokok. Jadi, jangan salahkan kalau banyak orang Indonesia mencari kerja sebagai TKI. Bahkan, sampai ada yg menjadi 'askar wataniah' (para militer) di Malaysia, demi sesuap nasi.

Saya kira gak usah malu mencontoh bangsa perantau seperti orang India dan China. Ayo, sebanyak-banyaknya kita merantau saja ke luar negri, hitung2 meringankan beban negara, kan?
Toh, banyak tenaga kerja (juga sarjana) yang masih nganggur. Sukur2 kalau bisa mengirim devisa ke kampung halaman.




Senin, 03 Maret 2008

Lagi, Kisah Mas Parjo

Mas Parjo yang sudah bersiap diri berangkat ke Blenheim, New Zealand, sebagai pekerja perkebunan, ternyata harus mengurungkan rencananya itu. Ia terkena hapatitis B yang cukup serius dan mengharuskannya istirahat panjang guna pemulihan, mengingat kerja di perkebunan memang perlu stamina fisik yang prima.

Kita cuma bisa berencana, tapi Tuhan juga yang menentukan. Ambil saja hikmahnya , Mas Parjo, dan jangan putus asa untuk coba lagi di kesempatan yang berikutnya. Konon, pekerja Indonesia dianggap rajin dan tidak cerewet, sehingga banyak perkebunan di NZ yang menyukai pekerja Indonesia.

Minggu, 02 Maret 2008

Visit 'Banjir' Year 2008

Sebetulnya banjir bisa juga terjadi di mana-mana, termasuk negara maju seperti di Eropa dan Amerika! Jadi teman-teman di tanah air nggak usah malu lah. Hanya saja memang, waktu banjir kemarin itu yang menutup jalan toll ke arah Bandara Soekarno Hatta, terjadi hanya beberapa saat setelah Indonesia mencanangkan Visit Indonesia Year 2008. Praktis hampir seharian penuh penerbangan dari bandara tsb dibatalkan. Sedangkan turis yang terlanjur mendarat, mereka harus bertahan tinggal sementara di bandara yang mulai kumuh itu.

Terlepas dari soal banjir, Indonesia musti banyak belajar dari negara lain soal memajukan industri pariwisata. Singapura sebagai contoh, terlihat cepat memposisikan dirinya bukan lagi surga belanja, tetapi tempat untuk berakhir pekan sambil menonton berbagai pentas kelas dunia, mulai dari konser musik, opera, drama, sampai DJ-DJ yang siap menggoyang turis di klub-klub dugem. Pemerintah Singapura benar-benar gencar berpromosi hampir setiap minggu.

Di Jakarta juga akan ada pentas kelas dunia, yaitu Java Jazz (7 - 9 Maret 2008), yang akan tampil seperti James Ingram, Manhattan Transfer, Joe Sample, dll. Apakah pemerintah kita gencar mempromosikannya ke Malaysia, Brunei dan Singapura? Boro-boro, euy! Malah kalau bisa, panitianya (yang dipimpin Peter Gontha) 'diporotin' uangnya untuk izin ini dan itu, he..he.

Dengan semangat otonomi daerah rasanya tiap kabupaten bisa belajar dari negara seperti New Zealand, yang sudah terbukti bisa menjual eco-tourism, karena spot wisata di banyak daerah Indonesia biasanya masih berbasis alam juga (pariwisata sendiri menjadi penghasil devisa nomor dua di NZ). Umumnya hanya wisatawan asing yang gemar berkunjung ke Nias, Tanjung Puting, Ujung Kulon, Taman Laut Raja Ampat, Danau Kelimutu, Pulau Komodo, Taman Laut Bunaken, Pulau Banda, dll. Spot-spot wisata alam itu tak kalah indahnya dengan spot wisata alam manapun di dunia ini.


Minggu, 24 Februari 2008

Tahun Baru Cina

Sejak era Presiden Gus Dur, warga keturunan Tionghoa sedikit bernapas lega karena eksistensi mereka sudah lebih diakui. Salah satunya kebebasan buat merayakan tahun baru tradisi Cina. Maka, sejak itu sudah menjadi hal biasa kita menyaksikan peragaan seperti barongsay dalam arak2an cap go meh. Dalam hal makanan, selain dodol dan kue bulan, juga dikenal lontong cap go meh (lontong dan sayur labu diiris tipis disiram kuah santan tambah telur dan ayam). Lontong cap go meh ini bahkan dijadikan menu makanan di beberapa restoran atau warang-warung, jadi tidak mesti dijual saat tahun baru Cina saja.

Di Auckland, sekitar tahun baru Cina biasanya diadakan acara Lantern Festival dalam beberapa hari, mengambil tempat di Albert Park. Ini adalah kesempatan orang Asia menjajakan dagangannya, yang paling favorit apalagi kalau bukan makanan. Salah satu orang Indonesia pemilik usaha jasaboga IndoKitchen (ini tak ada hubungannya dengan grup Salim) menjadi peserta tetap acara ini. Penjualan makanannya selalu habis dalam jumlah yang besar

Sejak peristiwa berdarah Mei 1998 di Jakarta dan kota2 besar Indonesia lainnya, eksodus warga Indonesia keturunan Tionghoa ke luar negeri mendadak naik, termasuk ke NZ. Kabarnya sangking melonjaknya jumlah pendatang dari Indonesia itu, sampai2 kemudian pemerintah NZ merasa perlu memberlakukan visa buat orang Indonesia.

Warga keturunan Tionghoa di manapun di dunia ini mampu hidup melalui perjuangan yang luar biasa. Rajin bekerja, hemat dan tak mengenal putus asa. Rasanya pantas juga untuk diadopsi semua orang. Gong Xi Fat Coi!

Kisah Mas Parjo

Mas Parjo yang sederhana dan polos sangat ingin membahagiakan anak istrinya dengan kebutuhan yang cukup, mulai dari sekolah anak hingga gizi sehari-hari keluarga. Menjadi tenaga panggilan untuk memperbaiki rumah memberinya penghasilan yang tidak pasti. Apalagi harga kebutuhan pokok sudah kurang bersahabat. Satu istri dan dua anak (satu anaknya sekolah di kampungnya di Jawa) tentu bukan beban yang enteng untuk berjuang hidup di Jakarta

Hingga tibalah berita harapan yang ditunggunya, yaitu, ia mendapatkan visa kerja untuk menjadi pekerja di perkebunan anggur di NZ. Sorot matanya begitu bercampur aduk, antara senang dan mungkin segumpal pertanyaan2 tentang bagaimana hidup di negeri asing.

"Mas Parjo, kalau habis buang air besar kamu harus membiasakan cebok dengan kertas tissue gulung ya", kata saya coba memulai salah satu persoaalan yg akan ia alami nanti. "Oh gitu ya pak, tapi kalau setelah saya 'gunjleng' toiletnya kan nanti keluar air yang bersihnya. Boleh nggak saya cebok pakai air itu?" tanyanya dengan sangat polos dengan tatapan mata penuh harap agar bisa disetujui.

Begitulah perjuangan hidup Mas Parjo babak berikutnya, insha Allah ia akan berangkat ke Blenheim guna menjadi tenaga kerja pemetik buah anggur selama 1 tahun. Harapannya tak lain agar ia bisa menafkahi keluarganya. Sesederhana itu. Selamat berjuang, mas, semoga Allah selalu melindungi. Amin.


Jumat, 15 Februari 2008

Untung Tidak Punya Habibie

Ada berita tentang Indonesia yang bakal mengalami defisit pilot di tahun2 mendatang, ini kata ketua Asosiasi Pilot Indonesia, lantaran maskapai penerbangan dalam negri sangat agresif menambah armadanya dan selain itu banyak pilot kita yang hengkang bekerja di maskapai asing yang memberi gaji sampai 3 - 4 kali lipat. Jumlah yang masih dibutuhkan sampai ratusan! Tentu saja Sekolah Penerbangan di Curug tidak bisa segera mencetak ratusan pilot yang dibutuhkan. Maka, sekolah penerbangan di luar Indonesia mau tak mau jadi pilihan.

Di NZ, juga terdapat sekolah pilot yang bisa diandalkan. Barangkali saja para pemuda/i tanah air ada yang berminat masuk sekolah penerbang di NZ? Dari beberapa sekolah penerbang NZ salah satunya adalah sekolah penerbang di Ardmore ( www.ardmore.co.nz ). Memang sejarah penerbangan di NZ sebetulnya hampir bersamaan dengan munculnya pesawat bermesin pertama yang diterbangkan Wright bersaudara awal abad 20 yang lalu. Tepatnya di 1903, ketika Richard Pearse berhasil menerbangkan pesawat buatannya sejauh 150 yard di Waitohi NZ. Ini adalah pesawat bermesin ke 6 yang terbang di dunia!

Bukan hanya itu, di 1936 Jean Batten, seorang perempuan NZ untuk pertama kali menerbangkan pesawat dari Inggris ke NZ. Kini namanya diabadikan dalam suatu corner khusus di Auckland Airport, lengkap dengan foto-foto dokumentasi ketika ia tiba mendarat dengan selamat dalam penerbangan London - Auckland yang bersejarah itu.

Meskipun NZ punya sejarah penerbangan yang berkelas dunia, namun negeri ini tidak lantas tergoda menjadi produsen pesawat seperti Indonesia. NZ yang 'down to earth', memilih mengembangkan teknologi guna menunjang industri pertaniannya saja (perkebunan dan peternakan) ketimbang teknologi pesawat yang sangat menyedot uang negara itu. Untung NZ tidak memiliki Habibie...


Kamis, 14 Februari 2008

Antara Australia, New Zealand dan Indonesia

(Judul di atas terinspirasi dari judul film yang sedang diputar di tanah air, yaitu "Antara Aku, Kau dan Mak Erot").

Ternyata salah satu negara yang rajin mengritik Indonesia dalam penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM), kemarin baru saja melakukan sebuah pengakuan atas tindakan masa lampau yang bertindak brutal kepada warganya sendiri. Hal yg sepertinya sulit dilakukan oleh rezim sebelumnya, yang memang doyan pamer kekuasaan dan kekuatan.

Di depan parlemen Australia, PM Kevin Rudd menyampaikan secara resmi mewakili pemerintahan2 sebelumnya, sebuah permintaan maaf atas tindakannya mencerabut anak-anak Aborigin dari keluarganya hingga era 70an untuk alasan asimilasi. Kini, banyak suku Aborigin yang kehilangan kemampuan berbicara bahasa asli mereka dan tidak tahu siapa orang tuanya. Begitulah, sebelum mengritik HAM di negara lain lain, sudah sepatutnya Australia bebersih dulu urusan HAM di dalam negrinya.

Di New Zealand (NZ), juga terdapat suku asli, yaitu suku bangsa Maori. Kini jumlahnya sekitar 500 - 600 ribu dari total 4 jutaan penduduk NZ. Orang Maori lebih mirip suku Melayu yang sawo matang, sedangkan Aborigin lebih mirip orang Papua. Orang Maori banyak yang berprestasi di olahraga rugby, olahraga paling populer di NZ, karena membutuhkan badan kokoh dan besar, tipikal banyak orang Maori.

Konon bagi orang Maori, tanah NZ adalah milik mereka yang disewa oleh pendatang dari Inggris. Sehingga setiap tahun negara mengalokasikan sejumlah dana yang tidak kecil yang dianggarkan untuk menyejahterakan orang Maori ini, katakanlah sebagai pengganti ongkos sewa tanah. Selain itu bahasa Maori dijadikan bahasa nasional kedua setetah bahasa Inggris, yang diajarkan disekolah umum. Jelas, posisi tawar orang Maori terhadap pemerintah / negara lebih baik dibanding orang Aborigin.

Di tanah air banyak terdapat suku asli yang masih hidup sesuai tradisinya. Bahkan tak jauh dari Jakarta ada suku Badui dalam yang tetap teguh memegang tradisi nenek moyang dan tidak terlalu tersentuh budaya moderen. Di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua Barat, suku asli banyak terdesak oleh penebangan hutan yang sangat rakus. Pemukiman mereka tergusur secara paksa hingga lahan penghabisan. Ini mirip kisah suku Indian di Amazone yang sudah banyak tersingkir dari pemukiman aslinya.

Belum lama ini, tersiar berita tanah air, sekelompok orang dari suku Anak Dalam di Jambi lari dari hutan ke kota untuk minta perlindungan polisi akibat permukimannya dibakar oleh penduduk desa tetangganya (yang bukan suku asli setempat), guna dijadikan ladang kelapa sawit.

Negara harus bertanggung jawab untuk melindungi kehidupan suku2 asli. Tanpa harus memberi bantuan uang, tetapi cukup menjamin habitatnya agar mereka bisa menjalani kehidupan sesuai kebiasaan dan tradisinya. Karena umumnya mereka sudah terbiasa hidup berdampingan dengan alam dengan kearifan2 yang diturunkan nenek moyang mereka.


Selasa, 05 Februari 2008

Kisah Bujang Sukses nan Gundah Gulana

Tersebutlah seorang pemuda (masih dibawah 30 tahun) yang hidup terdampar di NZ. Lulusan universitas di NZ ini sudah sukses dalam meniti karier, ia saat ini menduduki posisi penting di sebuah perusahaan cukup besar di NZ. Namun seperti tak cukup dengan kedudukan itu, pemuda yang pandai mengaji dan rendah hati ini juga memiliki bisnis yang bisa memberi pekerjaan kepada teman-teman Indonesia.

Saat ini kesuksesannya masih terasa kurang lengkap, karena ia belum memiliki pendamping hidup. Perangainya yang agak pemalu dan ketersediaan perempuan setanah air yang seiman nan langka di NZ, membuatnya tidak leluasa buat mencari calon istri.

Adakah dari Anda (wanita) di tanah air berminat untuk berkenalan? Siapa tau bisa berlanjut sehingga si bujang tak lagi gundah gulana.

Sabtu, 02 Februari 2008

Puja dan Cerca

Hari Minggu 27 Januari jam 13.10 wib, mantan presiden RI ke dua, Soeharto, wafat. Bagi anak kami yg lahir di th 90an, sosok Soeharto kurang dikenal. Tapi bagi generasi kami yg lahir di awal 60 an, praktis kami dibesarkan dan tumbuh di alam orde baru pimpinan Soeharto yang sarat dengan aroma feodalisme yang otoriter.

Puja dan cerca lekat setelah beliau lengser. Ketegasannya dalam bertindak dirindukan banyak pemujanya, meskipun ia lakukan dengan mengambil hampir seluruh kekuatan politik negeri. Ekstrimnya, atas perkenan dialah sesorang bisa duduk di kursi pimpinan partai politik oposisi. Sudah jadi pengetahuan umum, ketegasan yg dijalankan didukung oleh kekuatan militer, darimana ia berasal. Demokrasi ala Pancasila yang ia dengung2kan tak lain cara jitu untuk menggenggam seluruh elemen dan sendi kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi.

Para kroni tentu sangat kehilangan dan saat ini merasa bimbang, apakah akan tetap tinggal di tanah air atau lebih baik hengkang menghindari kejaran aparat dalam persoalan penjarahan harta negara. Karena benteng pelindung mereka telah mangkat dan aparat merasa sudah tak ada penghalang psikologis lagi.

Bagi mereka para korban kekejaman rezim Soeharto, seperti yang dihilangkan, dibunuh, diculik, disiksa, digusur paksa, dipenjara sekian tahun tanpa proses pengadilan, dll, meminta agar era Soeharto menjadi pembelajaran bagi bangsa ini agar tak terulang lagi.

Di NZ, dahulu masih terdapat kuliah jurusan Bahasa Indonesia di Auckland University. Namun setelah peristiwa pembantaian warga sipil di Timor Timur oleh milisia pro Indonesia setelah jajak pendapat di 2001 yang lalu, peminatnya langsung susut sehingga ahirnya ditutup karena miskin peminat. Apalagi kemudian muncul peristiwa bom Bali pertama yang seolah menutup kemungkinan minat orang NZ mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.

Kalau dahulu dikenal jargon 'right or wrong is my country', bagi saya lebih memilih 'right is right, wrong is wrong, my country is my country', karena terbukti tindakan sebuah rezim tidak selalu menguntungkan bagi negara dan bangsa.


Senin, 28 Januari 2008

Enak Mana, di NZ atau di Tanah Air?

Tulisan kali ini hanya ingin menyampaikan rangkuman komentar dan fakta yang saya peroleh saja, jadi silakan anda yang simpulkan sendiri.

Bagi mereka yang sudah hidup sangat mapan secara ekonomi di tanah air, umumnya merasa bahwa kesempatan untuk mendapatkan uang jauh lebih besar adanya di Indonesia, meskipun banyak pungli dan ketertiban masih rentan. Kalaupun nanti tinggal di NZ, biarlah itu untuk menikmati hari tua, ketika pundi2 uangya sudah terisi penuh dan tinggal menikmati pasive income saja. Udara bersih dan sitsem di NZ memang dianggap cocok untuk menikmati hari tua.

Bagi mereka yang bisnisnya belum berhasil atau sudah lama di PHK dan sulit mencari pekerjaan di tanah air, melihat bahwa tinggal di NZ adalah sesuatu harapan yang lebih baik (ini juga tercermin dari banyak respon email kepada saya setelah mereka membaca blog ini, yang umumnya menaruh harapan besar untuk bekerja di NZ). Memang dalam kenyataanya, banyak pekerjaan yang tersedia (selama kita tidak pilih2 pekerjaannya), dengan upah minimum yang berlaku standar.

Beberapa kenalan di NZ ada yang mencoba kembali ke tanah air untuk memulai kehidupan baru, tapi banyak yang merasakan bahwa ahirnya lebih baik kembali ke NZ. Ada yang karena sudah tidak tahan dengan kemacetan, ada yang menilai pendidikan buat anaknya lebih baik di NZ, dll. Sebaliknya, ada yang sudah mencoba hidup di NZ, tapi tak tahan dengan ketersediaan lapangan kerja yang mayoritas "blue collar", sehingga ahirnya memutuskan kembali ke tanah air.

Bagi saya, kita hormati saja keputusan masing-masing orang untuk memilih apakah mau tinggal di tanah air atau di NZ. Standar kehidupan masing-masing orang kan berbeda. Ada yang motifnya mencari keseimbangan antara materi dan jiwa. Ada yang motifnya kehidupan duniawi sehingga kaya adalah tujuan. Dan ada motif-motif lain lagi.

Saya pernah menonton acara talkshow di TV, di acara itu Komarudin Hidayat mengatakan: " dulu waktu saya kuliah dan uangnya pas2an, kepingin rasanya makan yang enak2. Sekarang, ketika sudah mampu menikmati makanan2 impian itu justru dilarang oleh dokter karena berbagai penyakit."


Sabtu, 19 Januari 2008

Christchurch - Mt. Cook

Dalam suatu kesempatan kami sempat melakukan perjalanan menjelajahi pulau selatan (NZ terbagi dalam 2 pulau besar, yaitu pulau utara dan pulau selatan yang ukurannya hampir sama besar). Berikut tulisan pertama.

Dimulai dari Christchurch
Setiba di bandara CHC pukul 9 pagi (perjalanan 1 jam lebih sedikit dari Auckland) kami dijemput perusahaan penyewaan mobil untuk dibawa ke kantornya guna menyelesaikan masalah administrasi. Awalnya kami complain, karena pesanan berupa Toyota Previa 8 seater (rombongan 8 orang) mereka ganti dengan Toyota Hi Ace 9 seater yang lebih besar dan kurang aerodinamis. Mereka katakan, harusnya kami dikenakan lebih mahal karena 9 seater, tapi karena ini kesalahan mereka, harga yang dikenakan sama dengan yang 8 seater saja. Setelah saya duduk dibelakang kemudi dan mulai menjalankannya, ternyata oke-oke saja. Rombonganpun demikian, apalagi cukup tersedia ruangan untuk menempatkan tas-tas kami. Kami meninggalkan kota ini sekitar jam 10 pagi.

Christchurch - Mt Cook
Rute yang dipakai SH (State Highway) 1 ke selatan, kemudian belok kanan mengambil SH 79 untuk bertemu di SH 8. Jalan disepanjang SH 79 dan SH 8 masih landai dengan deretan gunung-gunung cadas yang beberapa puncaknya ditutupi salju. Di SH 8 ini kami melintasi Danau Tekapo yang warnanya hijau. Sebuah gereja tua yang menjadi ikon tepi danau ini tampak berdiri kesepian. Setiba di persimpangan SH 80 kami berbelok ke kanan menuju Mt Cook, di mana hampir setengah perjalanannya berada ditepi Danau Pukaki yang keperakan dan sepi dari aktivitas manusia. Setengah perjalanannya lagi berada ditepi glacier yang mengering yang bersumber dari Mt Cook (merupakan puncak tertinggi di NZ). Tak satupun kota kecil dijumpai di sepanjang rute pinggir Danau Pukaki ini. Kami hanya berpapasan dengan satu dua mobil saja hingga ahirnya sekitar pukul 3 sore sampai pada tujuan, yaitu kompleks shelter dikaki Mt Cook tempat para pendaki mempersiapkan segala sesuatunya sebelum melakukan pendakian. Kami menyantap makan siang sambil menikmati pemandangan puncak Mt Cook yang berselimut salju dan kerap tertutup kabut dari jendela kaca lebar restauran. Harga makanan tentu lebih mahal dari restauran sekelas pada umumnya, karena selain di daerah terpencil, restauran ini menyajikan pemandangan yang istimewa. Banyak pendaki atau sekedar turis menginap di kompleks yang meyediakan lodge dan bungalow ini. Pagi hari adalah waktu yang ideal untuk menikmati pemandangan karena belum banyak kabut yang turun.