Sabtu, 31 Mei 2008

Warisan Belanda

Di tanah air sedang marak demonstrasi mahasiswa di berbagai kota buat menentang naiknya harga BBM. Pemerintah berkilah, subsidi BBM bisa dialihkan membantu rakyat dengan nama BLT (bantuan langsung tunai), yaitu keluarga miskin menerima Rp 100 ribu perbulan dalam 3 bulan berturut-turut. Tak jelas benar apakah pemerintah sadar bahwa bantuan 3 bulan itu bisa menolong banyak rakyat dari biaya hidup yang mencekik pasca kenaikan harga BBM. Sebab, harga yang melambung rasanya tak akan kembali turun setelah 3 bulan ke depan. BLT seperti obat sementara, setelah itu pemerintah seperti hendak mengatakan, " usaha dong sendiri..."

Kembali ke urusan demonstrasi yang semakin militan dilakukan mahasiswa. Beberapa mahasiswa bahkan ditangkapi. Wapres JK dalam suatu acara dengan panjang lebar meminta rakyat memaklumi kenaikan harga BBM. Sayang, JK sempat keblabasan dengan menyuruh rakyat miskin yang berhak menerima BLT melawan para mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM. Itulah kalau pemerintah mulai menerapkan warisan Belanda, yaitu politik pecah belah atau adu domba (devide et impera).


Manajemen Listrik

Hari-hari ini, khususnya di Jawa dan Bali, giliran pemadaman listrik menjadi langganan sehari-hari hingga beberapa bulan atau bahkan sampai tahun depan. Apapun alasannya, jelas PLN dan pemerintah gagal memepertahankan pasokan listrik kepada konsumen.

Banyak peralatan listrik, seperti komputer dan yang lainnya menjadi rusak karena pemadaman dilakukan tanpa pemberitahuan, sehingga banyak yang tak sempat mematikannya secara benar. Pemerintah pun sedang siap-siap digugat dalam bentuk class action oleh rakyat.

Pemerintah mengakui bahwa pasokan listrik masih kurang dari kecukupan, sehingga rakyat diimbau untuk berhemat listrik. Selain itu, akibat harga BBM naik, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga minyak yang harus dihemat. Lampu-lampu di istana presiden diganti dengan lampu hemat energi, maksudnya buat memberi contoh. Tapi itu tak cukup untuk memberi maaf atas keteledoran pemerintah yang payah dalam membuat perkiraan konsumsi listrik ini. Seperti tak ada koordinasi, disatu pihak hotel, mall, apartemen, gedung perkantoran dan rumah sakit banyak berdiri (dan pasti butuh banyak listrik), sementara PLN seperti menutup mata bekerja alon-alon.

Namun saya setuju, bahwa pada dasarnya rakyat harus hemat listrik. Tapi lihatlah bagaimana rumah-rumah mewah di Jakarta bermandikan cahaya lampu sepanjang malam sampai pagi, terutama pada bagian luar atau halaman. Alasannya mungkin ada dua, pertama untuk keamanan dan kedua mungkin buat sedikit pamer. Kiranya cukuplah pencahayaan halaman rumah tanpa harus berlebihan.

Di New Zealand, semangat hemat litrik ini sangat kuat. Jarang sekali ada rumah yang halamannya bermandi cahaya sepanjang hari gelap. Biasanya gelap saja, penerangan cukup dari lampu jalan umum. Mereka umumnya memasang lampu di halaman yang dilengkapi sensor, yaitu bila ada gerakan maka lampu akan
otomatis menyala untuk beberapa saat. Ada juga lampu taman yang menggunakan tenaga surya yang banyak diimpor dari China sehingga harganya masih terjangkau.


Minggu, 25 Mei 2008

Pariwisata No 1

Dalam sebuah artikel di NZ Herald Online, analis ekonomi dari ANZ Bank mengatakan bahwa industri pariwisata sekarang menjadi penyumbang terbesar devisa NZ, setelah tahun-tahun sebelumnya lebih sering sektor industri hasil peternakan yang mendominasi.

Ya, pasar utama hasil peternakan NZ sebelumnya adalah UK sang negara leluhur, namun sejak UK bergabung ke Uni Eropa meraka harus memprioritaskan impor komoditi dari sesama negara Eropa, maka negara seperti Portugal dan Eropa Timur lah pilihan UK untuk mengimpor beberapa komoditi yang diperlukan, termasuk hasil olahan susu. Hal ini tentu membuat ekspor hasil peternakan NZ terpukul.

NZ pun buru-buru mengarahkan pandangan ke Asia sebagai pasar yang harus dibukanya. Sasaran utama adalah China, Korea dan Jepang, selain juga Australia. Bahkan dengan China, NZ sudah membuat kerjasama zero tariff, artinya membebaskan ekspor impor dari segala macam bea pajak. Maka, kalau hasil olahan ternak NZ bisa diekspor ke China secara signifikan, sebaliknya dari China masuklah produk pakaian jadi, sepatu, alat olah raga, dll. ke NZ dengan harga murah. Begitulah, produk China sekarang sudah membanjiri NZ dengan harga yang kadang "tak masuk akal" untuk ukuran produksi di NZ.

Di Indonesia susu merek Anlene dari perusahaan Fontera -- NZ, sudah dikenal dalam 5 - 10 tahun terakhir. Inilah susu pertama di Indonesia yang mengusung kandungan kalsium tinggi sehingga menggugah kesadaran untuk mencegah osteoporosis. Sayang, saya belum pernah melihat, misalnya, susu Ultra beredar di NZ. Secara umum Indonesia tampaknya belum melirik NZ sebagai potensi pasar, maklum populasinya cuma 4 juta, rasanya memang masih kurang "sexy".



Selamat Untuk Ratu dan Anton

Seminggu terakhir ini rangkaian resepsi pernikahan Ratu dan Anton terus berlangsung di Auckland. Resepsi dibagi dua, yaitu buat kenalan mereka yang warga NZ dan satu lagi untuk kenalan warga Indonesia. Acara seperti ini sangat baik untuk lebih mempererat sesama warga Indonesia atau membuat warga NZ lebih mengenal warga Indonesia.

Ratu dan Anton yang saya kenal adalah dua sosok anak muda yang menatap hidup dengan penuh rencana matang. Idenya seperti tak pernah habis untuk memulai bisnis di NZ. Mulai dari menjual alat pancing lewat internet, sampai yang sekarang mengelola kost2an khusus untuk orang Jepang yang tinggal di NZ.

Ratu, yang tinggal dengan keluarga di Auckland sebagai permanent residence, lulus dari fakultas matematika di Auckland University, dan masih sempat meluangkan waktu memberi les privat buat anak kami, Vikra, dan beberapa temannya yang lain. Anton sendiri datang ke Auckland untuk kuliah, namun selama masa kuliah naluri bisnis sudah menggodanya. Sampai pada perjumpaan dengan Ratu yang membuat mereka pada akhirnya berikrar untuk berkomitmen sebagai pasangan hidup, dan untuk itu Anton pun secara ikhlas menjadi mu'alaf.

Begitulah, setiap jaman punya caranya sendiri buat menatap hidup ke depan. Selamat menempuh hidup baru sampai maut memisahkan kalian.

Selasa, 20 Mei 2008

Satu Indonesia Radio Program

Mendengarkan siaran tunda Satu Indonesia edisi 17 Mei 2008 melalui website www.satuindonesia.co.nz, dengan penyiar Aga dan Opi, benar-benar menghanyutkan saya karena pada edisi siaran ini mengusung tema "Tribute to Chrisye". Selain karena lagu-lagu lama Chrisye yang begitu banyak mengandung kenangan, juga secara keseluruhan siarannya semakin apik untuk ukuran radio komunitas. Penyiarnya sudah sangat relax dan bicaranya mengalir lancar.

Awalnya adalah inisiatif Bapak M yang membujuk saya dan istri untuk membuat siaran radio di th 2004. Setelah kami pelajari masyarakat Indonesia di Auckland, ahirnya kami setuju untuk membantu membuat siaran radio untuk warga Indonesia di AKL, dengan syarat keberadaan siaran radio ini harus membawa manfaat banyak buat masyarakat Indonesia di AKL dari sisi hiburan dan informasi.

Ahirnya kami mengajak beberapa pihak untuk juga woro-woro menghidupkan ide ini. Ada bapak 2D dan ada rekan muda sdr/i A dan H. Lalu ada juga pemeriah siaran sdr R. Pendukung yang juga tak kalah penting adalah Ibu E yang menyediakan rumahnya untuk rapat awal dengan teman-teman muda, termasuk dukungan dari Bapak A dan Ibu S. Biaya sewa studio merupakan inisiatif dari para pengelola inti. Alhamdulillah, beberapa pihak membantu lewat pemasangan iklan, ada Garuda Indonesia, Biyanti Pontoh dari Travel Biro Planet Earth, Property Consultant James Wisnu dari Ray White, Ari Katamat dari Swan Pharmacy juga Corona Charcoal.

Siaran pertama dimulai 2004 November, di studio hadir wakil dari KBRI Wellington (Pak Dubes kebetulan ada agenda lain, tapi sambutannya untuk pembukaan siaran ini sudah direkam terlebih dahulu), kemudian beberapa warga Indonesia lainnya. Meriah sekali, lengkap dengan pemotongan nasi tumpeng. Peresmian ini diliput oleh program acara aktifitas imigran Asia di TV One NZ.

Istri yang bekas penyiar "terpaksa" menjadi penyiar utama karena SDM belum ada sama sekali. Saya sebagai producer, music director sekaligus program director. bahkan kadang-kadang mengisi siaran sebagai Pak Harkomo. Secara bertahap A dan H diberi kepercayaan untuk menjadi operator dan penyiar.

Setelah satu tahun, pengelola inti diserah terimakan kepada teman-teman muda yang dimotori oleh A, H, T, G dan banyak lagi. Untuk menjembatani teman muda dengan warga senior, bapak J sangat tepat duduk sebagai chairman. Begitulah, pengelola inti awal cukup hanya satu tahun bekerja, sampai roda siaran bisa berjalan dengan lancar dan alih pengetahuan sudah cukup kepada teman-teman muda. Dan, sekarang siaran radio ini sedang menuju ke usia yang ke 4.

Bila anda ingin mengetahui apa dan bagaimana informasi orang Indonesia Auckland, silakan mendengarkan setiap Sabtu jam 16.40 s/d 17.50 di 104.6 FM atau simak rekamannya lewat website www.satuindonesia.co.nz


Pindah Kerja

Usia 15 tahun remaja di NZ secara resmi boleh bekerja paruh waktu. Jumlah jam kerjanya sedemikian rupa tak boleh mengganggu waktu untuk belajar di rumah. Khusus weekend mereka bisa bekerja lebih lama. Umumnya mereka bekerja di fast food restaurant, supermarket dan toko-toko. Bagi mereka, ini lumayan buat menambah uang jajan, tapi dari kacamata orang tua, hal ini mendidik anak-anak menghargai bagaimana uang diperoleh secara halal. Bayaran per jam nya berkisar dari 10 sampai 15 $NZ belum dipotong pajak. Jadi, anak-anak remaja ini sudah menjadi pembayar pajak ke negara, untuk itu harus mendaftar dulu kantor pajak guna mendapatkan "NPWP" nya (disebut IRD Number).

Anak kami Vikra, sebelumnya bekerja di fast food KFC sekitar 10 - 15 jam seminggu. Lokasinya dekat rumah, sehingga bisa jalan kaki 5 menit. Pekerjaannya mulai dari menerima order, membuatkan burger, memasak kentang goreng, memindahkan ayam goreng ke dalam tray, sampai membersihkan toko sebelum tutup.

Setelah lebih dari 1 tahun bekerja, kini Vikra pindah kerja menjadi interviewer konsumen melalui telepon. Perusahaan survey tempat ia kerja ini fokus pada jasa riset untuk kepentingan sebuah brand. Dibanding kerja di KFC yang mengharuskan banyak jalan dan berdiri, ditempat kerja barunya justru harus selalu duduk karena interview ia lakukan dengan telepon dan di depan komputer.

Meskipun bayaran per jamnya lebih besar dari KFC, tapi musuh pekerjaan ini adalah penat dan bosan karena harus selalu duduk sehingga kurang bergerak. Yah, selalu ada positif dan negatif dalam bekerja.

Satu Lagi Orang Baik Pergi...

Dari berita di tanah air kita semua tahu Sophan Sophiaan telah berpulang dalam suatu kecelakaan di jalan raya. Aktor yang kemudian bergelut di dunia politik dan kemudian mengundurkan diri ini salah satu manusia Indonesia yang teguh pada prinsip. Setelah tak tahan melihat kemunafikan dunia politik, termasuk dilakukan teman-temannya satu partai di DPR, ia putuskan untuk mundur.

Sementara kita tahu, hingga hari ini banyak anggota DPR sedang antri untuk disidik oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Selamat jalan bung.

Kamis, 15 Mei 2008

Disetiap Kesusahan Ada Kemudahan

Bagi yang tetap optimis dengan masa depan bangsa Indonesia, kesulitan ekonomi yang sangat serius kali ini tetap dianggap hanya sebuah proses menuju Indonesia yang gilang gemilang gemah ripah loh jinawi. Dilihat dari teori pendulum juga demikian, setelah berayun kekiri mata pendulum kemudian akan berayun ke kanan.

Sikap optimisme di atas mudah-mudahan bukan cuma sikap para elitis di tanah air, karena biar bagaimanapun anak-anak miskin harus makan dan tercukupi gizinya. Para orang tua yang renta harus tetap dihormati dengan diberikan nutrisi dan program kesehatan yang memadai. Orang kebanyakan tetap harus naik bus yang ongkosnya pasti bakal meningkat. Dan ini diperlukan sekarang, detik ini juga.

Kelihatannya perlu ada orang-orang yang mampu menjembatani antara rasa optimisme di atas (yang entah kapan akan terwuhud) dengan pencarian solusi jangka pendek yang sesegera mungkin. Karena nyawa manusia, biarpun ia miskin, tetaplah tak ternilai harganya. Dan, ia adalah saudara kita sesama anak bangsa.

Minggu, 11 Mei 2008

Kabinet Artis Bersatu

Sekarang baru tercatat nama-nama seperti Sophan Sophiaan, Dede Yusuf, Rano Karno, Ajie Massaid, Angelina Sondakh, Nurul Arifin, Wanda Hamidah, Helmi Yahya, Tantowi Yahya, Rieke Diah Pitaloka (si Oneng), Titik Puspa, Qomar, Miing Bagito, Sys NS, Marissa Haque, Anwar Fuadi, dll, deretan artis yang terjun ke dunia politik. Ada yang sudah menjadi anggota parlemen, ketua partai, wakil bupati dan ada juga yang mencapai wakil gubernur. Kalau dulu, artis cuma dimanfaatkan buat pemeriah kampanye, sekarang artis tampaknya yang memanfaatkan politik.

Bayangkan kalau di pemilu 2014 nanti, setelah sebagian besar artis terjun lebih dalam ke panggung politik, diperkirakan akan tercipta suatu kabinet yang didominasi para artis sehingga disebut Kabinet Artis Bersatu. Presidennya Tukul dan Wapres nya Gogon Srimulat, semata karena memang sangat populer. Mentri Pemberdayaan Perempuan Titik Puspa (yang teruji sangat berdaya hingga usianya yg ke 70 ini). Mentri Perumahan Rakyat Ikang Fawzi (yang saat ini menggeluti bisnis property), Menlu Tora Sudiro (laki-laki cerewet berarti jago diplomasinya), Menhankam Didi Petet (tenang dan tidak emosi jadi tdk gampang mengusulkan perang), Mendagri Djodjon (tetap dengan kostum celananya yang khas, agar semua aparat pemda berkostum sama sehingga lebih 'friendly' dibanding kostum sekarang yang bergaya militer), Menkeu Helmi Yahya (master akuntan lulusan Amerika), Menkominfo Tantowi Yahya (sebagai MC kelas atas saat ini), Menteri Agama Qomar, Menbudpar Dian Sastro (karena wajahnya yang khas Indonesia, sehingga kalau dia sedang berpromosi Indonesia di manca negara, diharapkan calon turis mau melancong ke Indonesia melihat yang lebih cantik dari Dian Sastro), Memperindag Luna Maya (sekarang sudah jadi pengusaha distro, sehingga minimal paham soal untung rugi), Jaksa Agung Roy Marten (sudah tau rasanya ditangkap, disidik, dituntut dan dipenjara), Mentri Pendidikan Cinta Laura (lulusan sekolah bahasa Indonesia di Australia), ah siapa lagi ya? Mungkin ada usulan dari anda?

Sedekah Bensin

Harga minyak dunia terus naik, ini membuat banyak negara terpaksa menaikkan harga BBM nya. Berita di tanah air hari ini menyatakan bahwa pemerintah berencana menaikkan harga BBM akhir Mei ini. Kondisi serupa tak terkecuali di NZ, apalagi negeri ini tidak punya sumber minyak bumi, sehingga harga benar-benar harga pasar dunia yang berlaku. Dewasa ini 1 liter bensin sudah merangkak ke arah $2, atau sekitar Rp 14 ribu an.

Anak kami, Vikra, terpaksa mengurangi pemakaian mobil. Tapi masuk ke musim dingin mobil memang menjadi sarana mobilitas yang penting. Apalagi saat weekend, ketika jumlah bus umum beropertasi tidak 100 %, sehingga kalau hari biasa bus akan datang katakanlah setiap 5 menit, saat weekend akan datang setiap 10 - 15 menit bahkan ada yang 20 menit.

Namanya anak muda, weekend biasanya banyak acara bersama teman-temannya. Vikra pun dengan senang hati menggunakan mobilnya untuk menjemput sana-sini, dengan catatan teman-temannya itu dikenakan sedekah bensin secara sukarela. Kalau di tanah air sebetulnya ini tak beda dengan operasi mobil omprengan ya?

Ayo Jessica!

Saat-saat ini di Jakarta akan berlangsung kejuaraan bulutangkis Uber Cup dan Thomas Cup. Salah satu peserta adalah New Zealan, yang mana pernah dua kali menjadi tuan rumah kejuaraan bulutangkis beregu yang sangat populer di Indonesia.

Salah satu pemain tunggal putri NZ adalah remaja asal Indonesia, Jessica. Ia adalah anak pasangan Haryono dan Lingga. Begitulah di NZ seorang pemegang status PR disamakan hak dan fasilitasnya dengan warga negara, kecuali ia tidak bisa dipilih menjadi anggota parlemen.

Keluarga Haryono yang tinggal di Kelapa Gading kami kenal sejak 2003 yang lalu, ketika kami banyak berkonsultasi tentang syarat dan prosedur pengajuan permanent resident ke NZ. Bahkan dengan bantuan keluarga inilah, kami akhirnya berhasil memperoleh PR di NZ.

Ketika baru masuk Westlake Girl High School, Jessica sudah mengukir prestasi bulutangkis dengan menjuarai kelompok umur se NZ. Namanya sempat terpampang di papan (semacam billboard) sekolahnya lengkap dengan gelar juara yang baru diraihnya, sebagai rasa bangga sekolah terhadap muridnya yang berprestasi.

Ayo Jessica, mumpung masih muda ukir prestasimu semaksimal mungkin!

Sabtu, 03 Mei 2008

Demokrasi Keluarga

Tulisan kali ini sebenarnya masalah domestik keluarga. Dimulai 2007 Juni/Juli, ketika istri dan anak bungsu, Hakim, mengunjungi kakaknya di Auckland. Sepulang dari Auckland, Hakim berpendapat bahwa keluarga ini harusnya berkumpul jadi satu seperti layaknya keluarga lain, apalagi si Hakim ini merasa sangat dekat dengan abangnya, Vikra. Aspirasi si kecil kami bahas sampai menghasilkan suatu niat untuk bersiap kembali tinggal sekeluarga di Auckland. Selain kakak-adik dipertemukan, juga saya dan istri merasa lebih tenang bisa berdekatan dengan anak kami yang masih remaja di Auckland.

Setelah berpikir cukup dan diskusi suami istri yang intens, ahirnya diputuskan 2008 ini keluarga Dangbayan back to Auckland. Perkiraannya, saya kembali pertengahan tahun, kemudian disusul istri dan Hakim pada ahir tahun 2008. Untuk persiapan itu, saya kemudian mengajukan pengunduran diri dari perusahaan yang telah dibangun selama 17 tahun bersama partner yang lain. Per Januari 2008 pun saya sudah efektif non aktif / mundur dari perusahaan.

Namun belajar dari pengalaman sebelumnya, dimana keputusan untuk menetap sementara di Auckland boleh dikata tidak kami diskusikan dalam arti oleh seluruh anggota keluarga, maka kali ini untuk mencoba bersikap lebih demokratis, digelar lah rapat keluarga antara saya, istri, Vikra dan Hakim, dengan topik kepindahan keluarga Dangbayan ke Auckland. Dalam rapat ini semua anggota keluarga punya hak suara yang sama. Rapat dimulai dengan penjelasan dan latar belakang rencana ini cukup panjang lebar. Ibunya anak-anak wanti-wanti bahwa apapun keputusan rapat ini akan bersifat mengikat sehingga semua harus menerima dan mendukung keputusan rapat yang disepakati bersama. Jangan dikemudian hari berkeluh kesah, karena memang hidup di NZ tentu tidak sama dengan di Indonesia.

Ketika Vikra diberi kesempatan untuk berkomentar, ternyata isinya diluar dugaan kami. Baginya, kalau kepindahan ini hanya lantaran mau mendampingi dia, sebaiknya tidak perlu dilakukan. Karena sudah 2 tahun dia bisa membuktikan mampu hidup di Auckland tanpa didampingi bapak - ibunya. Apalagi, tambahnya, masih ada nenek yang membutuhkan kehadiran Ibu di Jakarta ini. Kami sebagai orangtuanya sempat tertegun mendengarkan komentar anak usia 16 tahun jalan ke 17 ini.

Singkat kata, Vikra tidak meminta keluarganya pindah, kalaupun bisa itu akan dirasakannya sebagai bonus. Sedangkan Hakim, karena usianya yang masih kecil, memilih untuk tetap bersama bapak dan ibu. Pun ketika Vikra ditanyakan untuk pindah kembali ke Jakarta, agar bisa bersatu dengan adiknya yang memang sangat sayang kepada si abang, dengan kalem kakaknya menolak. Alasan utamanya karena sekolahnya sudah "nanggung", setahun lagi insha Allah masuk uni. Alhasil, keluarga Dangbayan ahirnya memutuskan secara aklamasi menunda kepindahan sekeluarga ke Auckland sampai waktu yang tidak ditentukan.

Ketika menyampaikan penundaan kepindahan ini, baik neneknya anak-anak dari istri atapun saya sama-sama memeluk erat seolah mensukuri keputusan keluarga Dangbayan.

Kamis, 01 Mei 2008

Lebih Banyak Lagi

Saya temukan di halaman komentar NZ Herald online di bawah ini yg ditulis oleh orang Indonesia yang tinggal di North Shore, Auckland. Lalu komentar tersebut mendapat tanggapan dari warga lainnya. Dari isi komentar dan tanggapan terasa bahwa kesulitan ekonomi bukan hanya milik Indonesia saat ini. Terlepas dari isinya, hemat saya makin banyak orang Indonesia yang tinggal di NZ menunjukkan eksistensinya adalah makin baik, selain supaya Indonesia lebih dikenal juga menunjukkan kepedulian sebagai bagian dari penduduk NZ.

prihatiningsih (North Shore) Dr Alan Bollard needs to see the whole picture. It is right that your job is to control inflation. But will you sacrifice the national economy just for your reputation. Your policy is good only for the rich, they can deposit their surplus money in the bank and get high interest, but most of the people still have mortgage and they are dying to repay to the bank. Don't let the economy wheel totally stop, it is very difficult to roll it again. It is like when you are pushing a car, when it is totally stop it is very difficult to push it, but when it is still moving a bit, you still have the momentum to make it moving. Is USA's example is not enough for you. Dr Bollard please don't bring NZ economy into recession.

Gandalf (St Heliers) Prehatingingse, your comments about the difficulty getting the economy rolling again etc is brilliant and spot on. Bollard does however have to first aggressively tame inflation to just within 3% or you get a bad stagflation. I think now the housing sector is slowing he's done this, but he has to then rapidly and forcefully drop interest rates and given all the looming deflationary pressure that may not be too far away. It's a balancing act. On one side stagflation with lots of inflation, on the other a bad deflationary recession. But he has room to move and there is a lot in NZ's favour.

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?

Terbetik berita, Adjie Notonegoro baru saja memamerkan rancangan busananya di Wellington dan Auckland, utamanya membawa desain-desan berbahan batik. Tak kurang dari menteri ethic NZ berkomentar, bahwa batik Indonesia yang paling tinggi mutunya dibanding batik dari negara lain. Pagelaran Adjie di NZ adalah negara ke dua setelah Filipina, dari rencana total 45 negara yang ia akan kunjungi. Pagelaran ini merupakan prakarsa deplu dan beberapa pihak lain di Indonesia.

Sekarang ini dimana-mana batik dengan desain yang lebih kontemporer dijajakan mulai dari kelas butik di Kemang sampai di berbagai ITC yang harganya jauh lebih miring. Ya, batik sudah lebih 'naik kelas' dibanding waktu-waktu lalu. Rancangan-rancangan kontemporer ini bisa digunakan untuk aktifitas sehari-hari di kantor, baik formil ataupun smart casual. Di beberapa BUMN bahkan setiap Jumat mewajibkan karyawannya memakai batik (kalau dulu batiknya harus batik KORPRI yang bergambar beringin).

Saya pribadi bangga melihat perkembangan ini. Masak harus Nelson Mandela yang mempopulerkan batik?