Sabtu, 21 Februari 2009

Leluhur Tak Bertanggung Jawab

Mengikuti prediksi dampak pemanasan global membuat saya tercenung. Bayangkan akan ada beberapa negara kepulauan yang terancam punah akibat permukaan laut yang terus naik, seperti Maldives di Samudra Hindia dan Nauru di Pasifik. Di tanah air sendiri, setidaknya 2000 pulau diperkirakan akan tenggelam. Di tayangan Discovery Channel, negara pulau kaya Singapura sedang sibuk berpikir keras membuang air laut bila meluap ke daratan.

Di New Zealand, rumah-rumah pinggir pantai mempunya nilai harga yang lebih tinggi karena mendapatkan pemandangan alami yang indah setiap hari. Di suburb kami, Takapuna, rumah di pantai harganya jauh lebih tinggi dari yang bukan pantai. Apalagi warga New Zealand sangat gemar olah raga laut.
Dengan adanya kenaikan permukaan laut dari tahun ke tahun tentu ini akan berdampak pula pada nilai property yang berada di pantai.

Cucu cicit kita akan menjadi saksi sejarah hilangnya pantai Kuta, Kepulauan Seribu, tenggelamnya sebagian besar Semarang, Jakarta, Auckland, dll. Sungguh, perbuatan leluhur mereka yang tidak bertanggung jawablah yang membuat mereka tak bisa lagi menikmati keindahan pantai2 dan kota2 itu.

Minggu, 01 Februari 2009

Lebih Cermat dengan Uang

Dalam sebuah media di Indonesia, saya membaca tulisan seorang ekonom tentang kiat Indonesia menghadapi krisis global. Nasehatnya adalah orang Indonesia harus meng embargo diri sendiri dari nafsu membeli produk impor. Alasannya logis, karena pasar ekspor global menurun maka pasar lokal harus diperkuat oleh bangsanya sendiri. Apalagi Indonesia populasinya besar. Dengan begitu eksportir bisa mengalihkan produknya ke pasar dalam negri sehingga PHK bisa ditekan.

Hari ini terbetik di media, rupanya pandangan di atas itu didengungkan juga oleh Obama yang masih gres menjadi Presiden Amerika. Tapi pandangan tersebut banyak dikecam pengamat ekonomi dunia karena dalam kasus ini AS beda dengan Indonesia. AS adalah negara penyerap ekspor dunia tertinggi, sehingga bila imbauan Obama dilakukan ekonomi dunia pun akan semakin goncang, termasuk AS sendiri yang dengan daya beli melemah rakyatnya harus membeli produk lokal yang lebih mahal dari barang impor.

Di New Zealand barang impor juga sangat dominan, mulai dari mobil, barang elektronik, IT hingga handphone. Ada satu barang elektronik kebutuhan rumah tangga seperti mesin cuci dan lemari es buatan New Zealad, yaiu Fisher & Paykel. Namun merek ini harus tahan banting menahan serbuan produk Korea, Jepang dan China yang malah sering membandrol harga lebih murah.

Di manapun saat ini, mau di Indonesia, AS ataupun New Zealand, kita dituntut lebih cermat dalam membelanjakan uang karena krisis ini bisa saja baru berakhir 2 - 3 tahun mendatang.

Tanpa fatwa haram

Hmm, lebih 2 bulan saya tak menulis. Tersaingi oleh facebook, mungkin. Di tanah air baru saja MUI menfatwakan haram untuk merokok di muka umum, wanita hamil dan anak2. Alasannya, lebih banyak mudarat bagi diri sendiri dan orang di sekitarnya. Untuk alasan merokok di muka umum, setidaknya melindungi orang sekitar dari resiko sebagai perokok pasif.

Benar, kemerdakaan orang di Indonesia untuk menghirup udara bersih tak hanya kerap diganggu oleh ulah perokok saja, tetapi juga para pembakar kebun sawit, pembakar sampah hingga pemilik kendaraan yang cuek dengan asap knalpot yang bocor. Di Jakarta saja, sebetulnya ada perda yang melarang orang bakar sampah. Tapi dalam praktek, sering tetangga kita main bakar sampah yang asapnya menerobos masuk ke rumah2 tetangga lainnya. Belum lagi soal asap knalpot, microbus model metro mini, bajaj dan truk serta bus kota biasa sering saya lihat melenggang dengan asap knalpot hitam legam di belakangnya. Kasihan pengendara motor yang ada di belakanganya.

Di New Zealand, semua kendaraan tak terkecuali (komersial ataupun pribadi) harus di test secara berkala. Mulai dari fungsi lampu, rem hingga gas buang yang menghasilkan asap knalpot. Tak ada pungli meski dilakukan di bengkel2 swasta yang bertanda WOF (Warrant of Fitness). Pernah juga saya dengar bengkel milik orang Asia yang bermain mata dengan pelanggannya yang juga Asia (huh, lagi2 oang Asia bikin masalah). Tapi secara umum, anda bisa menikmati jalan kaki di New Zealand tanpa harus kuatir menghirup udara polusi dari asap knalpot kendaraan. Semua itu terjadi tanpa harus para agamawan nya mengeluarkan fatwa haram bagi pemilik kendaraan yang mengeluarkan asap knalpot diatas batas toleransi.