Jumat, 21 Maret 2008

Polah Saudara

Rupanya sejak lama saudara serumpun Malaysia memendam perasaan risih sbg 'litte brother' dalam konteks hubungan dengan Indonesia. Awalnya guru dan dosen impor dari Indonesia. Orang2 Petronas belajar ke Pertamina. Film dan Musik impor dari Indonesia. Ketika kita sudah punya Bandara Soekarno Hatta mereka cuma ada bandara Subang yang sangat sederhana, dst.

Dulu saat Bung Karno berseru 'Ganyang Malaysia' tentu bikin mereka 'keder' juga, maklum angkatan perangnya belum siap, shg rekan2 negara persemakmuran lah yg membelanya (termasuk NZ).

Kini, melihat sang 'big brother' sedang pusing mengurus urusan domestik, Malaysia yang secara ekonomi lebih stabil terasa jauh lebih maju. Sekarang banyak anak Indonesia sekolah di Malaysia. KL yang bersolek lebih cantik menjadi destinasi liburan orang Indonesia selain ke Singapura. Beberapa musik Malaysia gantian masuk ke Indonesia. Sampai di sini sebetulnya tak ada masalah serius. Malah ada rasa kagum pada saudara serumpun ini.

Persoalan muncul karena secara akumulasi sepertinya mulai merugikan kita. TKI kita (legal & ilegal) yang mengadu nasib di Malaysia sudah sekitar 1 juta, sering mendapat perlakuan tak sepadan dari juragannya. Ketika tim badminton bertanding di Malaysia, kelihatan sekali mereka selalu mendukung tim lawan Indonesia walau saat itu tidak sedang melawan Malaysia (mungkin mereka masih sakit hati saat Indonesia pertama kali merebut piala Thomas dari Malaysia di th 50an). Kita kalah dalam perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan lewat keputusan Mahkamah Internasional. Pembalakan hutan di Kalimantan ternyata banyak dilakukan cukong Malaysia. Isu penggeseran patok batas negara di hutan2 Kalimantan oleh Malaysia. Belum lagi bandar narkoba dan mafia pemalsuan kartu kredit terbesar sepanjang sejarah Indonesia ternyata dilakukan oknum negri jiran ini. Tak puas dgn itu, lagu Rasa Sayange pun diakui sbg milik Malaysia. Dan, yang paling parah warga Indonesia di perbatasan Kalimantan direkrut menjadi Askar Wathaniah, buat menjaga perbatasan. Ini gila, penjaga perbatasan Malaysia dilakukan oleh pemuda Indonesia agar ketika tentara kita mengejar para pembalak hutan sampai perbatasan sana akan berhadapan dengan saudara sebangsa sendiri.

Memang beberapa fakta di atas adalah buah dari kesalahan kita sendiri.

Tapi kalau kita amati lebih dalam lagi, di Malaysia saat ini sedang terjadi arus kekuatan demokrasi. Pertama kalinya Barisan Nasional kalah telak dari oposisi dalam pemilu baru2 ini. Ada kekuatiran dari partai penguasa di sana akan adanya impor demokrasi dari Indonesia. Anwar Ibrahim salah satu tokoh oposisi rajin bolak balik ke Indonesia berceramah dan sekaligus berguru pada tokoh2 demokrasi Indonesia.

Inilah barangkali alasannya, selain beberapa faktor masa lalu, penguasa di sana punya kepentingn untuk membuat orang Malaysia tidak perlu "nge fans" pada Indonesia. Mr. M malah mengatakan bahwa reformasi di Indonesia sudah kelewat batas, bukan demokrasi yang didapat tapi democrazy (ini senada dengan yg dilontarkan Mr. LKY dari Singapura).

Bagaimana hubungan Australi dengan New Zealand yang juga saudara serumpun bertetangga dekat? Walaupun ada perbedaan pandangan dalam beberapa hal, tetapi karena sama2 negara demokratis tak ada kecurigaan soal penyusupan ideologi, dst. Paling2 mereka perang urat syaraf ketika tim rugby nya saling berhadapan.





Tidak ada komentar: