Sebetulnya banjir bisa juga terjadi di mana-mana, termasuk negara maju seperti di Eropa dan Amerika! Jadi teman-teman di tanah air nggak usah malu lah. Hanya saja memang, waktu banjir kemarin itu yang menutup jalan toll ke arah Bandara Soekarno Hatta, terjadi hanya beberapa saat setelah Indonesia mencanangkan Visit Indonesia Year 2008. Praktis hampir seharian penuh penerbangan dari bandara tsb dibatalkan. Sedangkan turis yang terlanjur mendarat, mereka harus bertahan tinggal sementara di bandara yang mulai kumuh itu.
Terlepas dari soal banjir, Indonesia musti banyak belajar dari negara lain soal memajukan industri pariwisata. Singapura sebagai contoh, terlihat cepat memposisikan dirinya bukan lagi surga belanja, tetapi tempat untuk berakhir pekan sambil menonton berbagai pentas kelas dunia, mulai dari konser musik, opera, drama, sampai DJ-DJ yang siap menggoyang turis di klub-klub dugem. Pemerintah Singapura benar-benar gencar berpromosi hampir setiap minggu.
Di Jakarta juga akan ada pentas kelas dunia, yaitu Java Jazz (7 - 9 Maret 2008), yang akan tampil seperti James Ingram, Manhattan Transfer, Joe Sample, dll. Apakah pemerintah kita gencar mempromosikannya ke Malaysia, Brunei dan Singapura? Boro-boro, euy! Malah kalau bisa, panitianya (yang dipimpin Peter Gontha) 'diporotin' uangnya untuk izin ini dan itu, he..he.
Dengan semangat otonomi daerah rasanya tiap kabupaten bisa belajar dari negara seperti New Zealand, yang sudah terbukti bisa menjual eco-tourism, karena spot wisata di banyak daerah Indonesia biasanya masih berbasis alam juga (pariwisata sendiri menjadi penghasil devisa nomor dua di NZ). Umumnya hanya wisatawan asing yang gemar berkunjung ke Nias, Tanjung Puting, Ujung Kulon, Taman Laut Raja Ampat, Danau Kelimutu, Pulau Komodo, Taman Laut Bunaken, Pulau Banda, dll. Spot-spot wisata alam itu tak kalah indahnya dengan spot wisata alam manapun di dunia ini.
Minggu, 02 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar