Ungkapan bangsa kita sebagai bangsa tempe, yang dahulu sempat diidentikkan dengan sesuatu yang lemah atau rendah, telah menjadi suatu kebanggaan tersendiri setelah bangsa lain mengakui keunggulan gizi yang terkandung dalam tempe.Tak kurang dari Amerika dan Jepang telah menempatkan tempe sebagai makanan sehat, bahkan kita sempat tersinggung ketika Jepang hendak mempatenkan tempe sebagai makanan asli mereka (belakangan beberapa desain batik Jawa dipatenkan Malaysia).
Sebagai makanan khas Indonesia, tempe menyedot 1,7 juta ton kacang kedelai untuk 2007 saja. Sayangnya, sekitar 50% dari kebutuhan tersebut harus diimpor. Dan, ketika dewasa ini harga komoditi itu di dunia meningkat 100%, hancurlah industri tempe dan tahu. Kemarin, para pelaku industri yang tergolong pemain small business atau home industry beramai-ramau demonstrasi di depan Istana presiden, meminta pemerintah bertindak untuk penyelamatan industri ini.
Bangsa Tempe sedang gundah karena identitas mereka bakal tidak eksis lagi akibat ancaman kepunahan tempe.
Di NZ, setidaknya Auckland, perantau Indonesia bisa memperoleh tempe di supermarket Asia dalam keadaan frozen. Yang pasti bukan diimpor dari Indonesia, sehingga rasanya agak berbeda. Selain itu, ada juga warga Indonesia yang memproduksi tempe rumahan untuk dijual ke orang-orang Indonesia lainnya. Yang ini rasanya lebih mendekati aslinya, sehingga tak heran banyak penggemarnya di kalangan orang Indonesia.
Kembali ketanah air kita hanya bisa prihatin, ketika harga daging dan ikan melonjak, tempe dan tahu adalah penyangga nutrisi bangsa ini dengan harga yang sangat terjangkau. Dimakan dengan nasi, kecap, krupuk dan sayuran, tempe dan tahu bisa memuaskan banyak perut anak bangsa.
Rabu, 16 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar