Senin, 01 September 2008

Ibadah Sakral, Perilaku Tak Dijamin...

Hari ini 1 September 2008, umat Islam di tanah air memulai ibadah shaum Ramadhan nya. Di New Zealand sendiri baru akan mulai esok hari. Pikiran pun melayang ke masa lalu, ketika menjalani ibadah puasa Ramadhan di Auckland. Ketika itu jatuh dibulan menjelang puncak musim panas, sehingga matahari pun baru tergelincir sekitar pukul 9.30 malam. Kalau muslim di tanah air sudah bisa berbuka sekitar pukul 6 sore, kami yang tinggal di Auckland saat itu masih harus menahannya 3,5 jam lagi.

Ujian lainnya, cafe, restaurant dan berbagai hiburan tetap beroperasi. Meskipun New Zealand bukan negara agama, namun tradisi kristen sangatlah mempengaruhi kebiasaan rakyatnya. Sehingga libur nasional sama sekali tak ada yang berhubungan dengan peringatan hari-hari besar Islam. Maka, sholat tarawih atau bahkan sholat Ied, diadakan di hari kerja dengan menyewa tempat-tempat yang luas seperti sport hall, dll. Setelah usai sholat Ied, sebagian besar kemudian bergegas ke tempat aktifitas rutinnya seperti bekerja atau sekolah. Sungguh jauh dari suasana puasa dan lebaran di tanah air.

Ketika saya sempat bekerja di restauran cepat saji dekat rumah, manager in duty yang orang Maori terheran-heran mengetahui bahwa di saat itu saya bekerja tanpa makan dan minum sampai pada waktunya berbuka.

Begitulah suka duka berpuasa di negeri orang yang mana umat Islam nya menjadi minoritas. Tapi saya dan keluarga merasa plong bisa melewati dengan tetap ikhlas. Apalagi ujiannya cukup berat, mulai dari jam berbuka yang mundur juga melihat suasana normal sehari-hari di mana orang bersantai makan di cafe-cafe pinggir jalan.

Sementara saat itu melalui berita online terbaca bagaimana sekumpulan orang berpeci putih mengatasnamakan organisasi Islam
dengan beringas sibuk mengobrak-abrik cafe-cafe yang dianggap menawarkan maksiat atau barang haram. Kenapa mereka lakukan hanya jelang bulan puasa? Atau kenapa mereka tidak mengobrak-abrik institusi-institusi yang banyak menyusahkan rakyat karena berbagai pungutan liarnya? Jangan-jangan ini karena ibadah itu sendiri sudah dituhankan oleh mereka. Ibadah harus sakral dan tanpa gangguan, tetapi perilaku sehari-hari tidak dijamin....


Tidak ada komentar: