Selasa, 30 September 2008

We are What We Eat

Besok 1 Oktober adalah Hari Raya Idul Fitri di tanah air. Seperti biasa harga bahan makanan naik, termasuk daging sapi dan kambing. Makanan khas lebaran antara lain rendang daging, sambal goreng ati, opor ayam, ketupat, sayur lodeh labu, dll. Kemanangan di ujung Ramadhan dirayakan dengan aneka macam makanan khas di atas. Begitu bersemangatnya merayakan hari kemenangan, sampai tak mengindahkan lagi aspek thoyibah atau yang baik buat masing-masing individu.

Makan manis-manis halal buat saya pribadi, tetapi tidak thoyib, karena selain sudah usia mendekati 50, juga ada faktor genetik potensi diabet (4 orang dari 9 saudara kakak beradik di keluarga saya sudah terkena diabet). Padahal Allah menyuruh kita merawat tubuh ini sebaik-baiknya. Maka, sepantasnya kita bisa memilih dan memilah santapan hari raya secara bijak. Pilihlah bukan hanya karena halal, tetapi juga karena thoyib buat tubuh kita. Karena dengan begitu kita sudah menjalankan perintah Allah secara lebih menyeluruh dalam urusan makanan ini.

Masih urusan makanan, statistik mengatakan penderita penyakit jantung koroner banyak diidap masyarakat Sumatera. Mungkin karena masakannya banyak menggunakan santan dan itu dikonsumsi terus menerus hampir sepanjang usianya. Hemat saya banyak masakan Manado, Bali dan Sunda yang masuk kategori sehat. Mungkin sudah waktunya ada suatu penelitian untuk menyeleksi apa-saja makanan nusantara yang masuk kategori sehat.

Anda tertarik melakukannya?

Tidak ada komentar: