Minggu, 06 April 2008

Masih dari Cerita Nonton AAC

Tersebutlah seorang teman kita dari Auckland (AKL) yang sedang di Indonesia mencari-cari kesempatan buat menonton AAC di bioskop. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya ia menemukan jam yang cocok di malam hari. Tak ambil pusing, ia pilih menonton di studio khusus yang penontonnya terbatas dengan harga tiket 100 ribu rupiah.

Ketika sudah di dalam, celingak-celinguk, kok orang-orang menonton berpasangan ya? Kursinya memang khusus untuk sepasang-sepasang. Hmmm, rupanya orang pacarannya di sini toh? pikirnya. Dia lirik lagi ke sebelah, hmmm, kok pada pakai selimut ya? Memang dengan kursi ala 'lazy boy' yang bisa sedikit direbahkan itu, selimut jadi penting. Maka, dia rogoh-rogoh samping kursi, nah ternyata memang selimut merupakan fasilitas standar.

Menjelang film mulai, para waiter lalu lalang membawakan makanan di nampan buat penonton. Hmmm, teman kita ini lalu berpikir, gile juga, dengan tiket 100 ribu rupiah kita dapat kursi enak, selimut dan makanan. Huebat tenan...

Tapi 5 menit... 10 menit..., tak ada waiter yang mengantarkan kudapan padanya. Sampai akhirnya ia tersadar rupanya harga tiket belum termasuk makanan. Hampir saja tadi dia kegirangan kalau memang akan dapat jatah makanan. Tentu akan panjang ceritanya nanti ketika sudah sampai ke AKL.


Tidak ada komentar: