Sabtu, 16 Agustus 2008

Manja vs Sehat

Salah satu kenikmatan hidup di Jakarta adalah kemanjaan berlimpah dari para sopir kendaraan umum. Coba saja lihat, bus, mikrolet atau angkot akan berlomba-lomba berhenti "ngetem" di tikungan ketimbang di halte yang berjarak 30 - 50 meter dari tikungan itu, sehingga penumpang tak perlu jalan lebih jauh. Atau, cukup sering kendaraan umum itu berhenti di mulut sebuah gang demi menantikan seorang calon penumpang yang mengangkat tangan, padahal ia masih berjalan di gang itu. Sementara klakson mobil dan motol bersahutan meminta jalan, sang sopir dengan santai sambil mengisap rokok hanya memberi kode tangan agar menyusulnya meskil kendaraan ini sudah menutup satu lajur jalan. Belum lagi kemanjaan lain, begitu penumpang turun dari kendaraan umum, tawaran ojek akan datang seolah tak rela kita lelah sedikit berjalan kaki.

Ada seorang muda di Bintaro yang kemudian tercetus ide membuat usaha
ojeg premium, disebut."limo bike". Armada motornya trendy lengkap dengan penahan angin. Penumpang disediakan helm dan jaket dengan warna senada dengan motor dan pengemudinya. Rute sementara Bintaro - Sudirman (pagi) dan sebaliknya (sore). Ongkos yang dipatok Rp 20.000 sekali jalan. Konon peminatnya antri setiap hari.

Di Auckland, New Zealand, naik kendaraan umum ada empat pilihan. Kereta api dengan rute sangat terbatas, ferry, bus dan taxi. Jangan harap ada angkot atau ojeg lho. Kalau kita naik bus (yang paling murah) untuk ke suatu tujuan, kerap kita harus berjalan kaki lagi. Cukup lelah karena kontur tanah di Auckland naik turun, apalagi kalau sedang hujan angin. Hmmm... . Tapi untuk menghibur diri saya selalu teringat ungkapan
"the more you walk the more you live".

Nah, silakan pilih, banyak jalan supaya sehat atau mengandalkan ojheg di jalanan bechek....

Tidak ada komentar: