Sabtu, 02 Februari 2008

Puja dan Cerca

Hari Minggu 27 Januari jam 13.10 wib, mantan presiden RI ke dua, Soeharto, wafat. Bagi anak kami yg lahir di th 90an, sosok Soeharto kurang dikenal. Tapi bagi generasi kami yg lahir di awal 60 an, praktis kami dibesarkan dan tumbuh di alam orde baru pimpinan Soeharto yang sarat dengan aroma feodalisme yang otoriter.

Puja dan cerca lekat setelah beliau lengser. Ketegasannya dalam bertindak dirindukan banyak pemujanya, meskipun ia lakukan dengan mengambil hampir seluruh kekuatan politik negeri. Ekstrimnya, atas perkenan dialah sesorang bisa duduk di kursi pimpinan partai politik oposisi. Sudah jadi pengetahuan umum, ketegasan yg dijalankan didukung oleh kekuatan militer, darimana ia berasal. Demokrasi ala Pancasila yang ia dengung2kan tak lain cara jitu untuk menggenggam seluruh elemen dan sendi kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi.

Para kroni tentu sangat kehilangan dan saat ini merasa bimbang, apakah akan tetap tinggal di tanah air atau lebih baik hengkang menghindari kejaran aparat dalam persoalan penjarahan harta negara. Karena benteng pelindung mereka telah mangkat dan aparat merasa sudah tak ada penghalang psikologis lagi.

Bagi mereka para korban kekejaman rezim Soeharto, seperti yang dihilangkan, dibunuh, diculik, disiksa, digusur paksa, dipenjara sekian tahun tanpa proses pengadilan, dll, meminta agar era Soeharto menjadi pembelajaran bagi bangsa ini agar tak terulang lagi.

Di NZ, dahulu masih terdapat kuliah jurusan Bahasa Indonesia di Auckland University. Namun setelah peristiwa pembantaian warga sipil di Timor Timur oleh milisia pro Indonesia setelah jajak pendapat di 2001 yang lalu, peminatnya langsung susut sehingga ahirnya ditutup karena miskin peminat. Apalagi kemudian muncul peristiwa bom Bali pertama yang seolah menutup kemungkinan minat orang NZ mempelajari bahasa dan budaya Indonesia.

Kalau dahulu dikenal jargon 'right or wrong is my country', bagi saya lebih memilih 'right is right, wrong is wrong, my country is my country', karena terbukti tindakan sebuah rezim tidak selalu menguntungkan bagi negara dan bangsa.


Tidak ada komentar: