Minggu, 30 Maret 2008

Kemusnahan Manusia

Ada yang bilang volume kandungan air di bumi ini dari dulu tidak berkurang, yaitu total yang ada di laut ditambah danau, sungai, es salju, dll, selama itu bersifat cair, dari dulu sampai sekarang jumlah volumenya tetap. Misalnya begini, kalaupun danau airnya menyusut karena menguap lalu jadi awan dan menjadi air hujan yang turun di atas laut, tidak berarti jumlah volume air berkurang, cuma tempatnya pindah dari danau ke laut.

Kalau ya, ironis sekali ketika saya membaca berita bahwa 2,6 milyar penduduk dunia tidak memperoleh akses air bersih. Air di bumi tidak berkurang tapi lebih dari setengah penduduk bumi belum bisa menikmati air bersih.

Di Indonesia setiap hari 5000 anak balita sakit karena diare dan 300 ribu anak setiap tahun menderita penyakit akibat buruknya sanitasi dan air bersih. Di Jakarta, tanahnya turun 0,8 cm pertahun gara-gara air tanahnya disedot habis-habisan buat mencukupi kebutuhan air bersih, karena pemerintah tak mampu memberikan air bersih ke rumah-rumah, hotel, apartemen, perkantoran, dll.

Dulu, Arab Saudi pernah memotong sebuah gunung es di kutub selatan lalu ditarik ke negeri padang pasir itu guna menyuplai kebutuhan air tawar. Tahun lalu ada bongkahan bukit es yang besar terlepas dari kutub selatan dan mengambang ke samudera pasifik dengan melintasi perairan dekat New Zealand. Tahun ini, terjadi lagi guguran es di kutub selatan seluas 6 kali wilayah Manhattan, NY, akibat mencair terkena dampak pemanasan suhu bumi.

Jargon 'global warming' relevan juga kalau diplesetkan menjadi 'global warning', yaitu peringatan kepada seluruh ummat, bahwa Tuhan akan menurunkan pelajaran bagi kita yang tak mau memelihara 'pinjamanNya' ini.

Saya kok berfirasat, kemusnahan ummat manusia ini nanti akan terjadi lebih cepat dari hari kiamat akibat ulah manusia sendiri. Sampai-sampai dalam pikiran imajiner saya, Tuhan bekata, "Lho, belum Aku kiamatkan kok sudah menghancurkan diri sendiri....?"

Tidak ada komentar: