Minggu, 09 Desember 2007

Anak Bekerja Jangan Dilarang?

Di harian Kompas hari ini, ada berita tentang upaya penyelamatan pekerja anak-anak yang dianggap masih dibawah umur. Setelah saya baca sampai habis, ternyata anak2 itu berusia 15an tahun yang tugasnya membersihkan rumah sarang burung walet, dianggap bekerja dibawah tekanan/paksaan. Lucunya, anak2 itu merasa tidak merasa ditekan atau dipaksa. Tetapi pihak aparat berkeras hendak "membebaskan" mereka dari tempat kerjanya.

Di NZ, anak tidak dilarang kerja hanya saja harus sesuai aturan (terutama porsi jam kerja yang dibatasi). Anak-anak kecil di bawah 15 tahun boleh mulai kerja sebagai loper koran atau selebaran2 promosi yang dimasukkan ke kotak pos yang ada di rumah2 (semua rumah punya kotak pos). Bayarannya tidak besar, sebulan paling2 mendapatkan $50 s/d $75. Lumayan buat uang saku mereka.

Usia 15 thn mereka sudah boleh kerja lebih intens, biarpun dalam seminggu dibatasi jumlah jam kerjanya supaya tidak mengganggu pelajaran. Sering kita jumpai anak2 remaja ini bekerja di supermarket, restoran, toko-toko dan masih banyak lagi. Motivasinya macam2, ada yang ingin membeli sesuatu sehingga perlu uang tambahan, ada yang ingin supaya uang sakunya ada extra lebih, dst. Para pelajar 'overseas' pun boleh bekerja dengan maksimal jam kerja tertentu dalam seminggu, lumayan kan bisa nambahin uang saku kiriman ortu dari tanah air.

Ada kenalan orang Indonesia pernah cerita, ketika masih mengoperasikan sebuah coffee shop ada anak remaja melamar kerja di coffee shop nya padahal ortunya orang kaya. Si Ortu bilang kepada kenalan ini, bahwa ia sengaja suruh si anak kerja biar tau susahnya cari uang.

Nah, jadi dalam skala dan takaran tertentu, anak bekerja bisa ada manfaatnya, terutama untuk pembelajaran lewat pengalaman. Daripada kluyuran di Mall nggak jelas?

Tidak ada komentar: