Sabtu, 31 Mei 2008

Manajemen Listrik

Hari-hari ini, khususnya di Jawa dan Bali, giliran pemadaman listrik menjadi langganan sehari-hari hingga beberapa bulan atau bahkan sampai tahun depan. Apapun alasannya, jelas PLN dan pemerintah gagal memepertahankan pasokan listrik kepada konsumen.

Banyak peralatan listrik, seperti komputer dan yang lainnya menjadi rusak karena pemadaman dilakukan tanpa pemberitahuan, sehingga banyak yang tak sempat mematikannya secara benar. Pemerintah pun sedang siap-siap digugat dalam bentuk class action oleh rakyat.

Pemerintah mengakui bahwa pasokan listrik masih kurang dari kecukupan, sehingga rakyat diimbau untuk berhemat listrik. Selain itu, akibat harga BBM naik, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga minyak yang harus dihemat. Lampu-lampu di istana presiden diganti dengan lampu hemat energi, maksudnya buat memberi contoh. Tapi itu tak cukup untuk memberi maaf atas keteledoran pemerintah yang payah dalam membuat perkiraan konsumsi listrik ini. Seperti tak ada koordinasi, disatu pihak hotel, mall, apartemen, gedung perkantoran dan rumah sakit banyak berdiri (dan pasti butuh banyak listrik), sementara PLN seperti menutup mata bekerja alon-alon.

Namun saya setuju, bahwa pada dasarnya rakyat harus hemat listrik. Tapi lihatlah bagaimana rumah-rumah mewah di Jakarta bermandikan cahaya lampu sepanjang malam sampai pagi, terutama pada bagian luar atau halaman. Alasannya mungkin ada dua, pertama untuk keamanan dan kedua mungkin buat sedikit pamer. Kiranya cukuplah pencahayaan halaman rumah tanpa harus berlebihan.

Di New Zealand, semangat hemat litrik ini sangat kuat. Jarang sekali ada rumah yang halamannya bermandi cahaya sepanjang hari gelap. Biasanya gelap saja, penerangan cukup dari lampu jalan umum. Mereka umumnya memasang lampu di halaman yang dilengkapi sensor, yaitu bila ada gerakan maka lampu akan
otomatis menyala untuk beberapa saat. Ada juga lampu taman yang menggunakan tenaga surya yang banyak diimpor dari China sehingga harganya masih terjangkau.


Tidak ada komentar: